Puisi: Hari Itu (Karya A. Munandar)

Puisi "Hari Itu" karya A. Munandar menggambarkan pertemuan yang berkesan, konflik batin, pengenangan yang abadi, pengakuan diri, dan refleksi ...
Hari Itu

Hentakan nafas yang memburu hembusan kenangan manis, mengangkat utuh keistimewaan cinta yang begitu lama tersembunyi. Kita. Bertemu denganmu hari itu; di persimpangan hari itu, membuatku takjub betapa sungguh sempurna Skenario Tuhan.

Senyumanmu, tatapanmu, keheningan suasana yang aduhai membibit di hatiku yang begitu lama tandus ini. Kita. Bertemu denganmu sore itu; di perbatasan hari itu, mencumbuku berangan; agar selamanya kita terpaku di sana.

Entah kemarin yang sedikit lebih buruk, atau hari ini yang sedikit lebih baik. Mataku yang jatuh padamu, hatiku yang menanggung deritanya. Entah aku yang sedikit terlambat bertemu denganmu, atau engkau yang sedikit lebih cepat bertemu dengannya. Mataku bersujud memuja keadilan cinta, hatiku tersungkur menangisi ketidakadilan cinta.

Dan semenjak hari itu, bayanganmu bersemayam teduh di balik mataku; bernaung indah di sebuah bingkai di hatiku. Pemikiran bahkan sering menerjemah, mengapa aku tidak pernah bisa mengusir jauh bayangan itu, mengapa aku tidak bisa berbuat banyak untuk itu? Pemikiran itu.

Tiba aku di sini di hari ini, dengan semua kesombongan yang aku pikul bersamaku, aku kira aku sudah melupakan. Tapi itu... ya, itu hanya sebelum aku jujur pada diriku sendiri.

Dan entah berapa jauh dosaku karena mencintaimu, aku bahkan malu memohon ampun, dan pada siapa? Karena ketika aku menutup mataku, aku hanya akan kembali berdosa karena akan selalu mencari bayanganmu. Dan hatiku? Saat hatiku menenun pengharapan, aku hanya akan selalu memahat tatapan, ya tatapanmu pada hari itu.

2017

Analisis Puisi:

Puisi "Hari Itu" karya A. Munandar adalah sebuah karya yang menggambarkan kekuatan dan kerumitan cinta, serta dampaknya terhadap individu yang mengalaminya. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan imajinatif, penyair menghadirkan gambaran tentang pertemuan yang berkesan dan menggugah.

Pertemuan yang Berkesan: Puisi ini memulai narasinya dengan gambaran tentang pertemuan yang mengubah hidup. Penggunaan kata-kata yang menggambarkan keindahan dan keajaiban pertemuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya momen itu bagi penyair.

Konflik Batin: Dalam puisi ini, terungkap adanya konflik batin yang dialami oleh penyair. Meskipun momen pertemuan itu dianggap indah, penyair merasakan pertentangan emosional antara kesenangan cinta dan rasa bersalah. Ada kesadaran akan dosa-dosa yang terkait dengan perasaan cinta yang terlarang atau sulit.

Pengenangan yang Abadi: Puisi ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh cinta dalam membentuk ingatan dan pikiran seseorang. Meskipun waktu berlalu, bayangan orang yang dicintai tetap hadir dalam ingatan dan hati penyair, memberikan pengaruh yang kuat bahkan setelah perpisahan.

Pengakuan dan Penerimaan Diri: Penyair pada akhirnya menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa melupakan atau melepaskan perasaan cintanya. Meskipun mungkin ada kesombongan atau keinginan untuk melupakan, pengakuan akan kebenaran hati membawa penyair pada penerimaan diri yang lebih dalam.

Konklusi tentang Dosa dan Harapan: Puisi ini diakhiri narasinya dengan refleksi tentang dosa dan harapan. Penyair mengungkapkan rasa malu dan penyesalan atas perasaan cinta yang masih ada, meskipun menyadari kesalahan tersebut. Namun, di balik penyesalan itu, masih ada harapan dan pengharapan akan tatapan yang indah pada "hari itu".

Puisi "Hari Itu" karya A. Munandar adalah sebuah perjalanan emosional yang memperlihatkan kompleksitas cinta dan pengaruhnya terhadap penyair. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan puitis, puisi ini menggambarkan pertemuan yang berkesan, konflik batin, pengenangan yang abadi, pengakuan diri, dan refleksi tentang dosa dan harapan. Ini adalah karya yang menggugah dan mengundang pembaca untuk merenungkan pengalaman cinta dan kompleksitasnya.

A. Munandar
Puisi: Hari Itu
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.