Puisi: Para Jendral Marah-Marah (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Para Jendral Marah-Marah" karya Wiji Thukul menggambarkan ketidakadilan dan ketidakpuasan terhadap rezim otoriter.
Para Jendral Marah-Marah


Pagi itu kemarahannya
disiarkan oleh televisi.
Tapi aku tidur.
Istriku yang menonton.
Istriku kaget.
Sebab seorang letnan jendral
menyeret-nyeret namaku.

Dengan tergopoh-gopoh
selimutku ditarik-tariknya,
Dengan mata masih lengket aku bertanya:
mengapa?

Hanya beberapa patah kata
ke luar dari mulutnya:
"Namamu di televisi ....."
Kalimat itu terus dia ulang
seperti otomatis.

Aku tidur lagi dan ketika bangun
wajah jendral itu sudah lenyap dari televisi.
Karena acara sudah diganti.

Aku lalu mandi.
Aku hanya ganti baju.
Celananya tidak.
Aku memang lebih
sering ganti baju
ketimbang celana.

Setelah menjemur handuk
aku ke dapur.
Seperti biasa
mertuaku yang setahun lalu
ditinggal mati suaminya itu,
telah meletakkan gelas berisi teh manis.
Seperti biasanya ia meletakkan
di sudut meja kayu panjang itu,
dalam posisi yang gampang diambil.
Istriku sudah mandi pula.
Ketika berpapasan denganku
kembali kalimat itu meluncur.

"Namamu di televisi...." ternyata istriku
jauh lebih cepat mengendus bagaimana
kekejaman kemanusiaan itu dari pada aku.


Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Para Jendral Marah-Marah" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan ketidakadilan dan ketidakpuasan terhadap rezim otoriter.

Penggambaran Ketidakadilan: Puisi ini secara jelas menggambarkan ketidakadilan yang dialami oleh individu yang tak berdaya, seperti penyair dalam puisi ini. Ketika seorang letnan jenderal dapat dengan mudah menyalahgunakan kekuasaannya dengan menyeret-nyeret nama penyair, ini menciptakan gambaran yang kuat tentang ketidakadilan dalam masyarakat.

Kritik terhadap Otoritas: Puisi ini mengkritik otoritas dan kebijakan yang sewenang-wenang. Para jendral yang marah-marah menunjukkan bagaimana mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk menekan dan mengintimidasi individu yang berani mengkritik atau mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap pemerintah.

Kehilangan Privasi: Puisi ini juga menggambarkan bagaimana privasi individu dapat dicabut begitu saja oleh rezim yang otoriter. Penyair dalam puisi ini terganggu oleh intervensi pemerintah ke dalam kehidupannya yang pribadi dan tanpa alasan yang jelas.

Gaya Bahasa Sederhana: Wiji Thukul menggunakan bahasa sederhana dan narasi yang langsung, yang memungkinkan pembaca untuk merasakan ketidaknyamanan dan ketegangan yang dialami oleh penyair. Penggunaan kata-kata sederhana menciptakan kesan kejadian ini sebagai sesuatu yang nyata dan dekat dengan keseharian.

Pelarian dari Kenyataan: Meskipun puisi ini mencerminkan ketidakadilan yang ada, penekanan pada fokus penyair pada tindakan sehari-hari seperti mandi, mengganti baju, dan minum teh, menciptakan gambaran bahwa penyair mencoba melupakan atau menghindari realitas yang penuh ketidakadilan tersebut.

Puisi "Para Jendral Marah-Marah" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang mengkritik ketidakadilan dan otoritas yang sewenang-wenang. Dengan menggambarkan intervensi negatif yang dialami oleh penyair, puisi ini memanggil pembaca untuk merenungkan betapa pentingnya kebebasan berpendapat dan hak privasi dalam masyarakat yang adil.

Wiji Thukul
Puisi: Para Jendral Marah-Marah
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.