Puisi: Bayangan (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Bayangan" membawa pembaca ke dalam perjalanan melalui rasa kehilangan, kerinduan, dan ketidakberdayaan. Dengan menggunakan gambaran ...
Bayangan


Bayanganmu terekam pada permukaan piring, pada dinding
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
Dan di atas atap rumah angin pun bangkit berdesir
Menyampaikan bisikmu dalam dunia penuh bisik.

Masihkah dinihari Januari yang renyai
Suatu tempat bagi tanganku membelai?
Telah habis segala kata namun tak terucapkan
Rindu yang berupa suatu kebenaran.

Bayangan, ah, bayanganmu yang menagih selalu
Tidakkah segalanya sudah kusumpahkan demi Waktu?
Tahun-tahun pun akan sepi berlalu, kutahu
Karena dunia resah 'kan diam membisu.


1967

Sumber: Horison (April, 1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Bayangan" karya Ajip Rosidi menghadirkan nuansa kesedihan dan kerinduan yang mendalam, membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh dengan perasaan dan imaji yang kaya.

Bayangan sebagai Motif Utama: Motif bayangan yang muncul dalam puisi menciptakan atmosfer kehampaan dan kerinduan. Bayangan disajikan dalam berbagai konteks, seperti pada permukaan piring, dinding, langit, dan awan. Ini memberikan kesan bahwa bayangan itu melibatkan segala aspek kehidupan dan tak dapat dihindari.

Lingkungan dan Waktu: Puisi dibuka dengan suasana dinihari Januari yang renyai, memberikan latar waktu yang spesifik dan menciptakan suasana yang melankolis. Desiran angin di atas atap rumah menciptakan gambaran suara yang lembut namun penuh makna.

Perasaan Kehilangan dan Kerinduan: Puisi menciptakan perasaan kehilangan yang mendalam, terutama melalui ungkapan "telah habis segala kata namun tak terucapkan" dan "rindu yang berupa suatu kebenaran." Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang hilang atau tidak terucapkan yang meresap dalam perasaan si penulis.

Keterbatasan dan Ketidakberdayaan: Ketidakberdayaan penulis dalam menghadapi bayangan dan perasaannya tercermin dalam ungkapan "masihkah dinihari Januari yang renyai / suatu tempat bagi tanganku membelai?" Ini menggambarkan ketidakmampuan untuk mencapai atau menyentuh sesuatu yang dirindukan.

Waktu dan Bisu Dunia: Puisi menyampaikan gagasan bahwa waktu akan terus berlalu, meskipun segala rindu dan kerinduan terpendam. Ungkapan "tahun-tahun pun akan sepi berlalu" menekankan sifat berlalunya waktu yang tanpa ampun.

Keindahan Bahasa: Ajip Rosidi menggunakan bahasa yang indah dan padu dalam puisinya. Ia memadukan gambaran alam dan perasaan manusia dengan sangat rinci dan puitis, menciptakan keseimbangan yang harmonis antara kata-kata dan makna.

Konklusi yang Membisu: Puisi berakhir dengan ungkapan "kutahu / karena dunia resah 'kan diam membisu," yang menunjukkan bahwa, meskipun dunia dipenuhi kegelisahan, ada sesuatu yang tetap tidak terucapkan atau dibisukan oleh waktu.

Puisi "Bayangan" membawa pembaca ke dalam perjalanan melalui rasa kehilangan, kerinduan, dan ketidakberdayaan. Dengan menggunakan gambaran bayangan, waktu, dan alam, Ajip Rosidi menciptakan karya yang puitis dan merenung, menyentuh ranah emosional dan filosofis pembaca.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Bayangan
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.