Puisi: Sungai Penghabisan (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sungai Penghabisan" karya Diah Hadaning menggambarkan perjalanan seseorang yang merasa terjebak dalam kebingungan dan ...
Sungai Penghabisan


Aku kembara
Yang tak tahu jalan pulang
Pada sesiapa telah kutanyakan
Namun tiada jawaban
Aku kehilangan tanda-tanda
Pohon randu dan serikaya
Di samping gapura desa

Aku marah
Saat mereka tertawa
Aku marah
Saat disodori keranda
Aku ingin hidup
Mereka ingin aku mati
Sungai dan hutan bayangan redup
Diam-diam kutangisi

Aku tumbal
Sungai penghabisan
Dipotongnya lidah
Aku tak bisa bicara
Dipotongnya telinga
Aku tak bisa mendengar
Dipotongnya tangan
Aku tak bisa lagi mengepal
Direnggutnya jantung
Darah menyungai
Tempat orang-orang mengapung


Analisis Puisi:
Puisi "Sungai Penghabisan" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang penuh dengan ekspresi emosi dan ketidakpastian. Puisi ini menggambarkan perjalanan seseorang yang merasa terjebak dalam kebingungan dan ketidakmengertian, mencari makna dalam hidupnya yang tampaknya tidak memiliki arah.

Perasaan Keberadaan yang Terombang-ambing: Puisi ini menciptakan gambaran perasaan seseorang yang merasa terjebak dalam perjalanan hidupnya yang penuh ketidakpastian. Kata-kata "Aku kembara yang tak tahu jalan pulang" menunjukkan perasaan kebingungan dan ketidakmengertian terhadap arah yang harus diambil.

Rasa Marah dan Kehilangan: Puisi ini menggambarkan rasa marah dan kehilangan yang dirasakan oleh pelaku puisi. Ia merasa marah terhadap orang-orang yang mungkin merendahkannya atau mengolok-oloknya ("Aku marah/Saat mereka tertawa"). Selain itu, ada perasaan kehilangan yang dalam terhadap lingkungan asli pelaku, yang tampaknya semakin menjauh ("Aku kehilangan tanda-tanda/Pohon randu dan serikaya/Di samping gapura desa").

Simbolisme dalam Potongan Tangan dan Jantung: Puisi ini menggunakan simbolisme kuat melalui potongan tangan, telinga, dan jantung. Potongan tangan dapat diartikan sebagai hilangnya kemampuan untuk melakukan tindakan dan berbicara. Telinga yang dipotong melambangkan hilangnya kemampuan mendengarkan dan memahami dunia di sekitarnya. Jantung yang direnggut menggambarkan perasaan kehilangan kehidupan dan kematiannya secara harfiah atau simbolis.

Suasana yang Gelap: Puisi ini menciptakan atmosfer yang gelap, menyiratkan ketidakpastian dan kesedihan. Kata-kata seperti "aku marah," "aku ingin hidup," dan "mereka ingin aku mati" menyiratkan konflik dan perjuangan yang intens yang dihadapi oleh pelaku.

Pencarian Makna: Puisi ini menciptakan perasaan pencarian makna dalam hidup yang tampaknya tidak memiliki jawaban. Pelaku merasa seperti tumbal dan merasa tersesat dalam hidupnya, mencari pemahaman yang mungkin tidak pernah ditemukan.

Puisi "Sungai Penghabisan" karya Diah Hadaning adalah karya yang penuh emosi, menggambarkan perasaan bingung dan ketidakpastian dalam kehidupan seorang individu. Simbolisme kuat digunakan untuk menggambarkan konflik internal dan perasaan kehilangan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang pencarian makna dalam hidup yang mungkin terasa sulit dan suram.

Puisi Sungai Penghabisan
Puisi: Sungai Penghabisan
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.