Puisi: Gerilya (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Gerilya" karya W.S. Rendra menciptakan gambaran tentang perang gerilya yang penuh dengan penderitaan dan kehilangan, tetapi juga menyoroti ...
Gerilya


Tubuh biru
tatapan mata biru lelaki terguling di jalan.

Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana.

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki terguling di jalan.

Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kasumatnya.

Gadis berjalan di subuh merah
dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama.

Ia beri jeritan manis
dan duka daun wortel.

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki terguling di jalan.

Orang-orang kampung mengenalnya
anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya.

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki terguling di jalan.

Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya.


Sumber: Siasat (1955)

Analisis Puisi:
Puisi "Gerilya" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang penuh dengan simbolisme, ketegangan, dan perasaan yang kuat. Puisi ini menciptakan gambaran tentang keadaan perang gerilya, penderitaan, dan kehilangan.

Tubuh Biru: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang seorang lelaki dengan "tubuh biru" yang terguling di jalan. Tubuh biru ini bisa menjadi simbol dari korban perang atau pemberontakan. Warna biru bisa menggambarkan kedukaan dan kehilangan.

Tatapan Mata Biru: Penggunaan warna biru yang merujuk pada mata lelaki tersebut menciptakan kontras yang kuat antara kepergian hidup dan kematian. Mata biru ini juga bisa melambangkan keinginan untuk kebebasan dan perdamaian.

Angin dan Tembakau: Angin yang mencium pahitnya tembakau menciptakan atmosfer ketegangan dan bahaya. Ini adalah gambaran dari kondisi perang gerilya di mana bahaya selalu mengancam.

Tujuh Lubang Pelor: Tujuh lubang pelor di tubuh lelaki ini menggambarkan kekejaman perang. Gambaran ini menciptakan kesan penderitaan dan kekerasan yang terjadi dalam konteks konflik.

Gadis dengan Sayur-mayur: Munculnya seorang gadis dengan sayur-mayur di punggungnya dalam suasana subuh merah menciptakan kontras antara kehidupan yang masih berlanjut dengan kematian yang baru saja terjadi. Gadis ini bisa mewakili harapan dan kehidupan yang berlanjut meskipun di tengah kehancuran.

Jeritan Manis dan Duka Daun Wortel: Jeritan gadis tersebut menciptakan perasaan yang kuat dalam puisi ini. Jeritan manis dan duka daun wortel menciptakan kontras antara kecantikan dan kesedihan, antara kehidupan dan kematian.

Gardu Belanda: Gardu Belanda adalah simbol kekuatan penjajah yang harus diatasi oleh gerilyawan. Keberanian mereka untuk melalui gardu Belanda menciptakan gambaran perjuangan dan tekad yang kuat.

Ibunya: Puisi ini diakhiri dengan ungkapan keinginan lelaki tersebut untuk "ikut ngubur ibunya." Ini menciptakan kesan bahwa perang gerilya ini adalah bagian dari perjuangan untuk kemerdekaan dan keadilan.

Secara keseluruhan, puisi "Gerilya" menciptakan gambaran tentang perang gerilya yang penuh dengan penderitaan dan kehilangan, tetapi juga menyoroti keberanian dan tekad para pejuang. Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang ketegangan dan konflik dalam situasi perang.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Gerilya
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.