Puisi: Hanya (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Hanya" karya Sapardi Djoko Damono membawa pembaca dalam suatu refleksi tentang keterbatasan indra dan kekuatan kepercayaan.
Hanya


Hanya suara burung yang kaudengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana.

Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu.

Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu.


Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Hanya" karya Sapardi Djoko Damono membawa pembaca dalam suatu refleksi tentang keterbatasan indra dan kekuatan kepercayaan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh makna, penyair menggambarkan hubungan yang tak terlihat, tetapi terasa.

Hanya Suara Burung yang Kaudengar: Puisi dimulai dengan menyampaikan pengalaman mendengar suara burung tanpa melihatnya. Ini menciptakan perasaan kehadiran yang bersifat abstrak. Suara burung menjadi simbol dari keberadaan yang bisa dirasakan meskipun tidak terlihat secara fisik.

Ketidaknampakan Burung yang Ada: Meskipun penyair mendengar suara burung, burung itu sendiri tak pernah terlihat. Ini menggambarkan keterbatasan indra penglihatan dan menekankan bahwa adakalanya kita harus mempercayai keberadaan sesuatu meskipun tak dapat melihatnya secara langsung.

Hanya Desir Angin yang Kaurasa: Penyair kemudian menggambarkan pengalaman merasakan desir angin tanpa melihatnya. Angin di sini menjadi elemen yang bersifat tak kasat mata tetapi memberikan kehadiran yang nyata. Hal ini menciptakan perasaan keberadaan yang lebih luas daripada apa yang bisa dilihat oleh mata.

Kepercayaan pada Kehadiran Angin di Sekitarmu: Meskipun angin tidak terlihat, penyair menegaskan kepercayaannya pada keberadaan angin di sekitarnya. Ini menggambarkan kekuatan keyakinan dan pengakuan akan adanya sesuatu yang tak tampak secara langsung.

Hanya Doaku yang Bergetar Malam Ini: Puisi mencapai puncaknya dengan penyair menyatakan bahwa hanya doanya yang bergetar malam ini. Meskipun tak pernah terlihat oleh siapa pun, doa tersebut menjadi ungkapan keberadaannya yang abstrak, tetapi kuat dalam kepercayaan dan keyakinan.

Identitas yang Tak Terlihat, Namun Yakin Ada dalam Dirimu: Penyair menyatakan bahwa meskipun tak pernah terlihat, identitasnya ada dalam dirimu. Ini menciptakan suatu hubungan spiritual atau emosional yang melampaui batas-batas fisik. Identitas yang diakui melalui doa menjadi cara untuk merasakan keberadaannya.

Bahasa yang Sederhana dan Simbolis: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana tetapi sarat dengan simbolisme. Suara burung, desir angin, dan doa digunakan sebagai lambang dari keberadaan yang tak terlihat tetapi dapat dirasakan melalui indra yang lain atau bahkan melalui kepercayaan.

Puisi "Hanya" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gagasan tentang keberadaan yang tak terlihat, tetapi dirasakan melalui indra yang lain atau kepercayaan. Puisi ini menunjukkan bahwa terkadang pengalaman spiritual atau emosional tidak dapat dijelaskan secara fisik atau terlihat, namun tetap memiliki kekuatan dan keberadaan yang nyata dalam dunia batin. Melalui bahasa yang sederhana namun bermakna, penyair membawa pembaca dalam refleksi tentang keterbatasan indra dan kekuatan kepercayaan dalam merasakan keberadaan sesuatu yang abstrak.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Hanya
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.