Puisi: Harga Duit Turun Lagi (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Harga Duit Turun Lagi" karya Joko Pinurbo menggambarkan penderitaan dan keputusasaan yang dirasakan oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan.
Harga Duit Turun Lagi

Mengapa bulan di jendela makin lama
makin redup sinarnya?
Karena kehabisan minyak dan energi.
Mimpi semakin mahal,
hari esok semakin tak terbeli.

Di bawah jendela bocah itu sedang suntuk
belajar matematika. Ia menangis tanpa suara:
butiran bensin meleleh dari kelopak matanya.
Bapaknya belum dapat duit buat bayar sekolah.
Ibunya terbaring sakit di rumah.

Malu pada guru dan teman-temannya,
coba ia serahkan tubuhnya ke tali gantungan.
Dadah Ayah, dadah Ibu....

Ibu-cinta terlonjak bangkit dari sakitnya.
Diraihnya tubuh kecil itu dan didekapnya.
Berilah kami rejeki pada hari ini
dan ampunilah kemiskinan kami....

2005

Sumber: Kepada Cium (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Harga Duit Turun Lagi" karya Joko Pinurbo menggambarkan keadaan sosial yang sulit dihadapi oleh sebagian masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Puisi ini mencerminkan ketidakstabilan ekonomi dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, serta menggambarkan perjuangan dan keputusasaan dalam menghadapi keterbatasan finansial.

Metafora Bulan dan Redupnya Sinarnya: Penyair menggunakan metafora bulan yang redup sinarnya di jendela sebagai gambaran kegelapan dan keputusasaan yang dirasakan oleh banyak orang dalam kondisi ekonomi yang sulit. Kehabisan minyak dan energi mencerminkan kekeringan sumber daya dan peluang yang membuat impian semakin sulit tercapai.

Penderitaan Keluarga dalam Kemiskinan: Puisi ini menyoroti penderitaan keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Kisah seorang bocah yang menangis karena tak mampu membayar biaya sekolahnya dan melihat kondisi sakitnya ibunya menggambarkan penderitaan dan tekanan yang dialami oleh keluarga yang kurang mampu secara finansial.

Keputusasaan dan Pikiran Bunuh Diri: Perasaan malu pada guru dan teman-teman, serta pikiran bunuh diri yang muncul dalam benak bocah tersebut, menjadi gambaran dari tekanan psikologis yang dialami akibat kesulitan finansial. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan merasakan rasa malu dan putus asa dapat menghancurkan harga diri seseorang.

Permohonan Penuh Harap pada Tuhan: Puisi ini diakhiri dengan permohonan harap pada Tuhan untuk memberikan rejeki pada hari itu dan memaafkan kemiskinan yang dialami. Ini mencerminkan keyakinan pada keadilan Tuhan dan harapan akan bantuan-Nya dalam mengatasi kesulitan hidup.

Gaya Bahasa yang Sederhana dan Menyentuh: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana namun mampu menyentuh hati pembaca. Dengan penggunaan kata-kata yang lugas dan gambaran yang kuat, penyair berhasil menggambarkan penderitaan dan harapan yang melingkupi kehidupan dalam kondisi kemiskinan.

Puisi "Harga Duit Turun Lagi" karya Joko Pinurbo adalah puisi yang menggambarkan penderitaan dan keputusasaan yang dirasakan oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan. Puisi ini memanggil pada refleksi tentang ketidakadilan sosial dan kebutuhan akan keadilan dan solidaritas dalam masyarakat. Meskipun menggambarkan keadaan yang sulit, puisi ini juga menyiratkan harapan dan kepercayaan pada kemungkinan perubahan dan pertolongan dari Tuhan.

Puisi Harga Duit Turun Lagi
Puisi: Harga Duit Turun Lagi
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.