Puisi: Tikus (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Tikus" karya Joko Pinurbo mengeksplorasi tema kesendirian, ketakutan, dan kenyamanan yang berbeda dengan apa yang umumnya diharapkan atau ...
Tikus

Banyak orang begitu jijik dan benci pada tikus, tapi perempuan lajang yang tinggal sendirian di rumahnya yang besar itu justru merasa tentram bersahabat dengan tikus-tikus yang mencericit terus tiada hentinya. Entah berapa tikus berumah di rumahnya. Dan setiap hari ada saja tikus mati, lalu dengan sedih ia buang ke selokan.

Sebelum tidur, sambil mengantuk, ia sempatkan membaca buku Hidup Bahagia bersama Tikus sementara konser tikus berlangsung terus sampai jauh malam, juga ketika ia sudah nyenyak bermimpi bertemu kekasih yang selama ini ia sembunyikan dalam ingatan.

Malam itu ia tidur berselimutkan sarung cap tikus, dan ada tikus besar dari kuburan mondar-mandir di sekitar tubuhnya, mengendus-endus sakitnya. Saat bangun ia menjerit mendapatkan tikus-tikus mati berkaparan di ranjang. Sialan, kau dapat cericitnya, aku bangkainya!

2002

Analisis Puisi:

Puisi "Tikus" karya Joko Pinurbo merangkum realitas sehari-hari yang dipenuhi dengan ironi dan ketidaksempurnaan kehidupan. Dalam puisi ini, penyair mengeksplorasi tema kesendirian, ketakutan, dan kenyamanan yang berbeda dengan apa yang umumnya diharapkan atau dianggap.

Kehadiran Tikus sebagai Simbol Kesendirian: Meskipun banyak orang merasa jijik dan membenci tikus, perempuan lajang dalam puisi ini menemukan kebersamaan dan ketenangan dengan tikus-tikus di rumahnya. Tikus-tikus tersebut menjadi satu-satunya teman yang setia bagi perempuan tersebut. Hal ini mencerminkan kesendirian yang mungkin dirasakannya, yang hanya bisa diatasi dengan kehadiran makhluk lain, meskipun itu tikus.

Ketidaksempurnaan dalam Kehidupan: Puisi menyoroti ketidaksempurnaan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun perempuan tersebut merasa nyaman dengan kehadiran tikus, ia harus menghadapi kenyataan bahwa tikus-tikus itu kadang mati dan harus dibuang. Ini menggambarkan siklus kehidupan yang penuh dengan kehilangan dan penyesalan, meskipun dalam hal-hal kecil sekalipun.

Ketakutan yang Menciptakan Kebingungan: Ada sentuhan ketakutan dalam hubungan perempuan tersebut dengan tikus. Meskipun ia merasa nyaman dengan kehadiran mereka, ketika ia menemukan tikus-tikus mati di tempat tidurnya, keadaan itu menjadi terbalik. Ketakutan yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan, sekarang menjadi kenyataan yang menakutkan baginya.

Ironi dalam Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini juga menghadirkan unsur ironi. Perempuan tersebut membaca buku tentang hidup bahagia bersama tikus, namun pengalaman sehari-harinya dengan tikus justru penuh dengan kematian dan kebingungan. Ironi ini mencerminkan perbedaan antara harapan dan realitas dalam kehidupan.

Gelombang Mimpi dan Realitas: Penutup puisi mengeksplorasi hubungan antara dunia mimpi dan realitas. Meskipun perempuan tersebut bermimpi bertemu kekasih dalam tidurnya, realitasnya adalah kehadiran tikus-tikus mati di sekitar ranjangnya. Ini menunjukkan perbedaan antara harapan dan kenyataan yang keras dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan cara yang unik dan menggugah, Joko Pinurbo membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh dengan ironi dan kebingungan, di mana kebahagiaan bisa ditemukan di tempat yang paling tidak terduga, dan di mana harapan sering kali bertabrakan dengan realitas yang keras.

"Puisi: Tikus (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Tikus
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.