Puisi: Di Atas Umbria (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Di Atas Umbria" karya Acep Zamzam Noor mengajak pembaca merenungkan hubungan manusia dengan alam, perasaan, dan spiritualitas.
Di Atas Umbria

Rambut-rambut cahaya
Yang dikibarkan angin musim panas
Seperti melukisi wajah langit
Dengan garis-garis keperakan siang hari
Di udara sebuah lonceng berayun-ayun
Bunyinya mendekati sunyi. Seekor kuda melompat
Rumput-rumput tegak pada maut yang tak nampak
Lalu cahaya tiarap sepanjang perbukitan
Metahari meletakkan sumbunya di atas batu
Sayur-mayur mekar dalam cahaya. Kusentuh kibaran 
rambutmu
Dan kulihat jurang di kedalaman matamu:
Seorang wanita telanjang di bawah matahari
Dengan kaki yang menjulur ke tengah danau

Kukenang pantai-pantai tropika yang jauh
Juga wanita-wanitanya yang hijau kekuningan
Seperti mangga. Kubayangkan air segar kelapa muda
Lalu aku pun telentang di bawah matahari
Telanjang dalam tatapanmu yang berduri:
Di sini setiap pohon membuahkan kata-kata
Setiap buah adalah kebajikan sekaligus dosa besar
Aku tak tahu bagaimana kautanam kata-katamu di tanah
Dan menjelma petuah. Sementara tubuhmu yang pualam
Bersahutan dengan tiang-tiang beton, bentangan kawat listrik
Serta jalan aspal yang hitam dan berkilat di kejauhan
Kulihat kereta api merayapi waktu pada jalurnya yang pasti
Terowongan-terowongan muncul dari setiap penjuru

Seekor kuda putih
Suara gaib yang berayun-ayun di udara itu
Adalah patung dewa yang pecah. Aku menanam tanganku
Leherku memanjang serta pikiranku bertaburan di lading
Kuperas darahku dan kusuling racunnya yang murni
Kemabukan adalah jalan yang menanjak di bumi:
Sambil merangkak di antara botol-botol yang menjulang
Kudendangkan mantra-mantra suciku pada alam raya
Sayur-mayur menyala dalam sentuhanku
Tanah keras menjadi gembur serta penuh birahi
Lalu sebagaimana mahluk-mahluk kiasan lainnya
Kau membakarku dengan kebenaran sesaat
Bunga api dipancarkan payudaramu yang meledak.

1993

Sumber: Di Atas Umbria (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Atas Umbria" karya Acep Zamzam Noor adalah karya yang sarat dengan imaji dan simbolisme. Melalui deskripsi pemandangan alam dan interaksi dengan elemen-elemen tersebut, Acep mengajak pembaca merenungkan hubungan manusia dengan alam, perasaan, dan spiritualitas. Penggunaan bahasa yang kaya dan metafor yang mendalam menjadikan puisi ini sebuah karya yang kompleks dan memikat.

Tema dan Makna

Puisi ini mengusung tema keindahan alam dan refleksi spiritual. Dengan latar belakang perbukitan Umbria, Italia, Acep menggambarkan suasana alam yang dipenuhi cahaya, bunyi, dan gerak, menciptakan sebuah lanskap yang tidak hanya fisik, tetapi juga emosional dan spiritual.
Cahaya dan Alam:
  • "Rambut-rambut cahaya yang dikibarkan angin musim panas": Cahaya menjadi elemen utama yang digambarkan dengan sangat visual, mencerminkan keindahan dan kekuatan alam. Cahaya melukis wajah langit dan menyentuh permukaan perbukitan, menunjukkan interaksi dinamis antara elemen alam.
  • "Sayur-mayur mekar dalam cahaya": Cahaya juga digambarkan sebagai sumber kehidupan, yang membuat sayuran mekar dan tanah menjadi subur. Ini mencerminkan kekuatan alam dalam menciptakan kehidupan dan pertumbuhan.
Refleksi Diri dan Pengalaman Spiritual:
  • "Kulihat jurang di kedalaman matamu": Metafora ini menggambarkan kedalaman emosi dan pengalaman yang ditemukan dalam interaksi dengan orang lain. Ini menunjukkan bagaimana hubungan manusia dapat menciptakan refleksi diri yang dalam.
  • "Kemabukan adalah jalan yang menanjak di bumi": Menggambarkan pengalaman spiritual atau transendensi yang mungkin sulit dan menantang, namun mengarah pada pencerahan.

Simbolisme dan Imaji

Acep Zamzam Noor menggunakan simbolisme yang kaya untuk menggambarkan pengalaman emosional dan spiritual:
  • Kuda: Dalam puisi ini, kuda muncul beberapa kali sebagai simbol kebebasan dan kekuatan. "Seekor kuda melompat" dan "Seekor kuda putih" menggambarkan gerak yang penuh energi dan vitalitas.
  • Tanah dan Sayur-Mayur: Tanah yang menjadi subur dan sayur-mayur yang mekar melambangkan kesuburan dan kehidupan baru yang muncul dari interaksi manusia dengan alam.
  • Patung Dewa yang Pecah: Ini mungkin melambangkan kehancuran atau perubahan dari keyakinan lama menuju pemahaman baru.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini menggunakan struktur yang bebas, memungkinkan penulis untuk mengeksplorasi berbagai gambaran dan simbol tanpa terikat oleh aturan rima atau meteran. Hal ini memberikan kebebasan dalam menggambarkan imaji yang kaya dan kompleks.
  • Pilihan kata: Acep menggunakan bahasa yang penuh dengan metafora dan deskripsi visual yang kuat. Misalnya, "Bunga api dipancarkan payudaramu yang meledak" adalah gambaran yang sangat intens dan memicu imajinasi pembaca.
  • Repetisi dan Ritme: Meskipun tidak terikat oleh rima, repetisi frasa dan struktur kalimat tertentu menciptakan ritme alami yang mengalir, mirip dengan bagaimana lanskap Umbria sendiri mungkin mengalir dan berubah.
Puisi "Di Atas Umbria" karya Acep Zamzam Noor adalah puisi yang memukau dengan penggunaan imaji alam dan simbolisme yang kaya. Melalui deskripsi yang mendetail dan metafora yang dalam, Noor mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan alam dan pengalaman spiritual yang mendalam. Puisi ini bukan hanya sebuah deskripsi tentang keindahan alam, tetapi juga sebuah meditasi tentang kehidupan, kematian, dan transendensi. Dengan gaya bahasa yang bebas dan kaya, Noor menciptakan sebuah karya yang memikat dan mengundang refleksi yang mendalam.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Di Atas Umbria
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.