Puisi: Hujan di Pagi Hari (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Hujan di Pagi Hari" karya Afrizal Malna menyajikan gambaran yang kompleks tentang kondisi manusia dalam konteks dunia yang terus berubah.
Hujan di Pagi Hari

Tidak seperti yang pernah dibayangkan, dunia tinggal satu-satunya alasan untuk menjelaskan keadaan kita. Kata-kata berlewatan, tanpa memerlukan seorang pembicara pun di situ. Kita menatap, kaca dalam diri sendiri basah. Kisah-kisah lampau tak lagi mengirim kabar, terbongkar dari ikatan-ikatannya.

Semua yang dibuat, tak bisa lagi jadi penjelasan hari-hari kita. Membacakan lagi kisah-kisah: kita bukan pusat segala-galanya bukan. Kita mencium bau tubuh sendiri di situ, seperti mencium bau obat-obatan. Dan mengusik lagi satu cerita: Tak ada lagi darah yang mengalir, di lehermu.

Kita pernah membuat rumah, sebuah dunia. Tetapi dengan merasa heran kita bertanya: Ke mana mau pulang? Segala yang bergerak diam-diam sedang mengubah dirinya sendiri, hanya untuk mengenali kembali, jalan-jalan yang pernah dilalui.

1987

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan di Pagi Hari" karya Afrizal Malna menyajikan gambaran yang kompleks tentang kondisi manusia dalam konteks dunia yang terus berubah.

Kehadiran Dunia sebagai Satu-satunya Alasan: Penyair memulai puisi dengan mengungkapkan bahwa dunia adalah satu-satunya alasan untuk menjelaskan keadaan kita. Ini mencerminkan pemikiran bahwa dalam keheningan pagi, manusia merenungkan eksistensi mereka dalam konteks dunia yang terus berubah.

Ketakutan akan Kesendirian dan Kehampaan: Pada bagian kedua, penyair menyoroti ketakutan akan kesendirian dan kehampaan. Merenung di hadapan kaca yang basah oleh hujan, mereka menyadari bahwa kisah-kisah lampau tak lagi mengirim kabar, menunjukkan perasaan terputus dari masa lalu dan perubahan yang tak terelakkan.

Pencarian Identitas: Penyair menyampaikan pesan tentang pencarian identitas dan arti dalam kehidupan. Mereka menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka buat tak lagi bisa menjadi penjelasan bagi hari-hari mereka. Realisasi bahwa mereka bukanlah pusat dari segala sesuatu mengusik pikiran mereka.

Ketidakpastian dan Perubahan: Puisi ini juga menyoroti ketidakpastian dan perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan. Penyair merenungkan tentang rumah dan dunia yang mereka bangun, namun merasa heran dan bertanya-tanya ke mana mereka akan pulang. Semua yang bergerak diam-diam sedang mengubah dirinya sendiri, mencerminkan perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan dunia.

Simbolisme Hujan dan Pagi Hari: Hujan di pagi hari dalam puisi ini mewakili proses pemurnian atau pembaharuan, sementara pagi hari melambangkan permulaan atau kesadaran baru. Kombinasi dari keduanya menciptakan suasana introspeksi dan refleksi yang mendalam.

Puisi "Hujan di Pagi Hari" adalah sebuah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi, perubahan, dan pencarian makna dalam kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang dalam, Afrizal Malna berhasil menciptakan karya yang memprovokasi pemikiran dan emosi pembaca.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Hujan di Pagi Hari
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.