Puisi: Matinya Seorang Petani (Karya Agam Wispi)

Puisi "Matinya Seorang Petani" karya Agam Wispi menggambarkan ketidakadilan, perjuangan, dan tuntutan akan keadilan dalam kehidupan petani.
Matinya Seorang Petani (1)
(buat L. Darman Tambunan)

Depan kantor tuan bupati
tersungkur seorang petani
karena tanah
karena tanah

Dalam kantor barisan tani
si lapar marah
karena darah
karena darah

Tanah dan darah
memutar sejarah
dari sini nyala api
dari sini damai abadi

Matinya Seorang Petani (2)

Dia jatuh
rubuh
satu peluru
dalam kepala

Ingatannya melayang
didakap siksa
tapi siksa cuma
dapat bangkainya

Ingatannya ke jaman-muda
dan anaknya yang jadi tentara
- ah, siapa kasi makan mereka? -

Isteriku, siangi padi
biar mengamuk pada tangkainya
kasihi mereka
kasihi mereka
kawan-kawan kita
suram
padam
dan hitam
seperti malam

Matinya Seorang Petani (3)

Mereka berkata
yang berkuasa
tapi membunuh rakyatnya
mesti turun tahta

Matinya Seorang Petani (4)

Padi bunting bertahan
dalam angin
suara loliok* disayup gubuk
menghirup hidup
padi bunting
menari dengan angin
 
Ala, wanita berani jalan telanjang
di sicanggang, di sicanggang
di mana cangkul dan padi dimusnahkan

Mereka yang berumah penjara
bayi di gendongan
juga tahu arti siksa

Mereka berkata
yang berkuasa
tapi merampas rakyatnya
mesti turun tahta
sebelum dipaksa

Jika datang traktor
bikin gubuk hancur
tiap pintu kita gedor
kita gedor.

Sumber: Matinya Seorang Petani (1961)

Catatan:
Loliok ialah suling dari batang padi dalam sebutan kanak-kanak.

Analisis Puisi:
Puisi "Matinya Seorang Petani" karya Agam Wispi adalah sebuah karya yang menggambarkan penderitaan dan perjuangan petani serta konflik antara mereka dengan penguasa atau pemilik tanah.

Penyebab Kematian Petani: Bagian pertama puisi dengan tegas mengungkapkan penyebab kematian seorang petani yang tersungkur di depan kantor bupati. Petani tersebut jatuh karena pertempuran atas tanah, yang merupakan simbol perjuangan dan kehidupan bagi mereka.

Perjuangan Petani: Puisi menggambarkan bahwa di dalam kantor, barisan petani yang lapar dan marah menyuarakan protes mereka terhadap penguasa karena merasa bahwa darah mereka dihisap oleh kekuasaan yang memegang tanah. Ini menyoroti ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial yang dialami oleh petani.

Perasaan Sang Petani: Bagian ketiga menciptakan gambaran tentang kehidupan petani yang dipenuhi dengan pengorbanan dan keberanian. Kematian petani tidak hanya menjadi akhir dari hidupnya, tetapi juga mengingatkan pada perjuangan dan pengorbanannya. Puisi menyentuh tema tentang ingatan akan masa muda, keluarga, dan tanah air yang tercinta.

Tuntutan Keadilan: Bagian terakhir puisi mengekspresikan tuntutan akan keadilan. Petani dan rakyat menuntut agar penguasa yang merampas tanah dan merugikan mereka harus turun tahta. Mereka bersatu untuk menghadapi kekuatan yang mengancam hidup dan keberlangsungan mereka.

Simbolisme dan Imaji: Puisi ini menggunakan simbolisme yang kuat, seperti tanah, darah, dan padi, untuk menyampaikan pesan tentang perjuangan, kesengsaraan, dan kekuatan petani. Imaji tentang angin, gubuk, dan padi bunting memberikan suasana yang menggambarkan kehidupan petani yang keras dan penuh tantangan.

Puisi "Matinya Seorang Petani" karya Agam Wispi adalah sebuah puisi yang menggambarkan ketidakadilan, perjuangan, dan tuntutan akan keadilan dalam kehidupan petani. Dengan bahasa yang kuat dan imajeri yang mendalam, puisi ini menjadi sebuah panggilan untuk solidaritas dan perubahan bagi mereka yang tertindas dan diperlakukan tidak adil.

Puisi: Matinya Seorang Petani
Puisi: Matinya Seorang Petani
Karya: Agam Wispi
© Sepenuhnya. All rights reserved.