Puisi: Sehabis Suara Gemuruh (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Sehabis Suara Gemuruh" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan suasana introspektif setelah momen gemuruh.
Sehabis Suara Gemuruh

sehabis suara gemuruh itu yang tampak olehku hanyalah
tubuhmu telanjang dengan rambut terurai
mengapung di permukaan air bening yang mengalir tenang – 
tak kausahut panggilanku.


1973

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:
Puisi "Sehabis Suara Gemuruh" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang puitis dan mendalam yang menggambarkan suasana introspektif setelah momen gemuruh. Puisi ini memperlihatkan penafsiran penyair atas momen tersebut, menggambarkan keheningan dan ketenangan setelah kejadian intens. Melalui gambaran alam dan simbolisme, penyair merangkai perasaan setelah suatu momen penting dan intens, mengundang pembaca untuk merenung tentang arti dan pengaruh momen tersebut dalam kehidupan.

Setelah Gemuruh, Keheningan: Puisi ini menggambarkan suasana setelah "suara gemuruh" yang tidak eksplisit dijelaskan dalam teks. Meskipun tidak dijelaskan apa yang terjadi, pembaca dapat merasakan intensitas dari suatu peristiwa penting yang baru saja terjadi. Setelah momen tersebut, suasana menjadi tenang dan hening, seperti yang digambarkan oleh "air bening yang mengalir tenang." Ini menciptakan kontras yang kuat antara momen sebelumnya dan suasana setelahnya.

Gambaran Tubuh Telanjang: Penyair menciptakan gambaran visual yang kuat dengan menggambarkan "tubuhmu telanjang dengan rambut terurai." Gambaran ini memberikan nuansa keheningan dan keintiman, sebagai kontras dengan gemuruh sebelumnya. Keheningan dan ketenangan ini merangkum perasaan reflektif dan intim setelah momen intens.

Simbolisme Air dan Permukaan: Air dalam puisi ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Air sering kali dikaitkan dengan perasaan dan emosi yang dalam, yang tersembunyi di bawah permukaan. Permukaan air yang tenang menggambarkan kedamaian yang tampak, namun di bawahnya tersembunyi perasaan dan pemikiran yang mungkin lebih kompleks dan dalam. Hal ini mungkin merefleksikan perasaan penyair yang tengah merenung dan mencari pemahaman lebih dalam setelah suara gemuruh.

Tidak Direspons Panggilan: Pada akhir puisi, penyair menyampaikan bahwa "tak kausahut panggilanku." Ini menunjukkan bahwa walaupun ada keinginan untuk berkomunikasi atau berinteraksi, panggilan tersebut tidak direspons. Ini dapat diartikan sebagai gambaran atas perasaan ketidakpastian atau kebingungan setelah momen gemuruh. Penyair mungkin tidak tahu bagaimana atau apakah ia harus merespons momen tersebut.

Puisi "Sehabis Suara Gemuruh" menggambarkan keheningan dan refleksi setelah suatu momen penting dan intens. Melalui gambaran alam dan simbolisme, penyair menyampaikan suasana introspektif dan intim yang mengikuti momen gemuruh. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti dan pengaruh momen intens dalam kehidupan, serta perasaan yang mungkin muncul setelahnya.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Sehabis Suara Gemuruh
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.