Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tamu Misterius (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Tamu Misterius" karya Afrizal Malna bercerita tentang seorang aku lirik yang berhadapan dengan proses menghapus, baik dalam bahasa maupun ...
Tamu Misterius

Sayang sekali puisi ini telah dihapus ketika aku akan 
membacanya. Seperti udara lembab yang menarik lenganku 
untuk memegang yang akan jatuh. Ada apa dengan menghapus? 
Lem, gunting, benang yang membuat bayangan tentang kawat 
berduri. Aku menghapus kata, hapus dari dokumentasi, seperti
 
keluar dari kawat berduri itu. Kembali ke lem, gunting, benang
 
dari setiap kata untuk menyembunyikannya, menghilangkan dan
 
menghapusnya sekali lagi. Dan sebuah ketukan tak pernah 
terhapus.

Tamu itu menduga aku tidak memiliki kursi untuk mati, jika
 tidak memiliki lantai untuk hidup. Menunggu. Ditunggu. Janji
 
jam tujuh malam. Ia suguhkan kata penghapus dari sebuah toko
 
buku kepada tamunya, seperti bayangan yang terlepas dari
 
tempatnya. Kamu tamuku yang aku tunggu dari kesalahan
 
mengetik kata hapus dari sebuah cerita tentang pagi hari
 
yang cerah. Kau sudah tidak sempat lagi merapikan yang tidak 
bisa lagi dihapus, setelah puisi ini. penghapusnya membuat jam
 
5 sore, tembus hingga tak terlihat lagi kekosongannya.

Sumber: Tempo (25 Maret 2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Tamu Misterius" karya Afrizal Malna hadir dengan gaya yang khas: penuh fragmentasi, imaji visual yang eksperimental, serta lapisan makna yang kompleks. Puisi ini memadukan bahasa sehari-hari dengan metafora yang tak lazim, menghadirkan suasana asing sekaligus reflektif.

Tema

Tema utama puisi ini adalah ketidakpastian eksistensi dan keterasingan manusia dalam berhubungan dengan bahasa serta realitas. Kata “hapus” yang berulang menjadi simbol bagaimana kehidupan, kenangan, dan bahkan identitas bisa terancam hilang oleh kekuatan penghapusan.

Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang berhadapan dengan proses menghapus, baik dalam bahasa maupun hidupnya sendiri, sambil menunggu “tamu misterius”. Tamu itu seperti simbol dari sesuatu yang ditunggu-tunggu tetapi tak pernah benar-benar hadir, entah kenyataan, kematian, atau makna yang hilang. Kehadiran tamu ini digambarkan melalui metafora benda-benda sederhana: lem, gunting, benang, kursi, lantai, toko buku, hingga jam yang berhenti pada titik tertentu.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah manusia kerap berhadapan dengan absurditas hidup: antara menunggu dan ditunggu, antara hadir dan hilang, antara menulis dan menghapus. Kehidupan diibaratkan seperti teks yang bisa dihapus kapan saja, sementara waktu terus berjalan dan meninggalkan kekosongan. Afrizal Malna melalui puisinya menyinggung bahwa ada hal-hal dalam hidup yang tak bisa dirapikan atau dipulihkan, sekalipun kita berusaha “menghapus” jejaknya.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah misterius, suram, dan penuh kegelisahan. Ada rasa hampa dari kata “hapus” yang terus diulang, disertai bayangan kawat berduri, janji yang tak pasti, dan waktu yang bergerak menuju kekosongan. Suasana ini memperkuat kesan keterasingan eksistensial.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang bisa ditarik adalah manusia harus menghadapi kenyataan bahwa tidak semua hal bisa dihapus atau dilupakan. Ada sisi kehidupan yang tetap melekat meskipun kita berusaha menghilangkannya. Di sisi lain, puisi ini juga menyiratkan kritik terhadap cara kita berurusan dengan bahasa dan dokumentasi: bahwa penghapusan bukanlah solusi, karena selalu ada jejak yang tertinggal.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang unik dan tak lazim, misalnya:
  • “udara lembab yang menarik lenganku” → menghadirkan sensasi fisik sekaligus suasana pengap.
  • “lem, gunting, benang yang membuat bayangan tentang kawat berduri” → imaji visual yang menghubungkan benda sehari-hari dengan sesuatu yang keras dan represif.
  • “tidak memiliki kursi untuk mati, jika tidak memiliki lantai untuk hidup” → imaji paradoks yang mempermainkan ruang dan eksistensi.
  • “penghapusnya membuat jam 5 sore, tembus hingga tak terlihat lagi kekosongannya” → imaji waktu yang dilenyapkan oleh sebuah tindakan sederhana namun absurd.

Majas

Beberapa majas yang menonjol antara lain:
  • Metafora: penghapus dijadikan simbol dari kekosongan, keterhapusan makna, dan absurditas waktu.
  • Personifikasi: benda-benda seperti lem, gunting, benang, dan penghapus diperlakukan seolah punya daya hidup dan makna eksistensial.
  • Paradoks: “kursi untuk mati” dan “lantai untuk hidup” menghadirkan kontradiksi yang memperdalam refleksi eksistensi.
  • Repetisi: pengulangan kata “hapus” memberi efek tekanan psikologis dan penekanan makna.
Puisi "Tamu Misterius" karya Afrizal Malna merupakan refleksi eksperimental tentang kehidupan, bahasa, dan keterasingan. Dengan tema penghapusan dan kehadiran tamu yang tak pasti, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi absurditas hidup yang tak pernah sepenuhnya bisa dikendalikan. Imaji yang kuat dan majas yang kompleks menambah daya puitis, menjadikan puisi ini sebagai salah satu karya khas Afrizal Malna yang menantang pembacanya untuk terus mencari makna di balik kata-kata yang “dihapus”.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Tamu Misterius
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.