Puisi: Iklan Wisata Sebuah Biro Perjalanan (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Iklan Wisata Sebuah Biro Perjalanan" karya Agus R. Sarjono merupakan sebuah satir yang mengkritik tajam industri pariwisata di Indonesia .....
Iklan Wisata Sebuah Biro Perjalanan


Jika Anda datang ke Indonesia, jangan lupa
datang ke Aceh. Negeri tua yang tabah,
tajam rencongnya bikin gentar nyali penjajah.
Negeri indah. Hasil bumi dan tambang
serba berlimpah. Di jaman modern,
daerah ini menjadi museum.
Anda bisa berfoto di depan gundukan mayat
atau kaum perempuan yang habis diperkosa.
Jika Anda tak punya peliharaan, bisa Anda pungut
anak yatim sebanyak Anda suka.
Inilah Aceh, daerah yang istimewa. Janganlah
meminta lagu-lagu, baik keras maupun merdu.
Di sini erang luka dan kesakitan
direkam orang buat hiburan.

Tapi Lampung tak kalah hebat. Daerah perkebunan
yang menawan. Daerah baru para transmigran
contoh terbaik hasil pembangunan.
Dengan bangga kami pindahkan
para petani miskin dari kepadatan pulau Jawa
biar kemelaratan tumbuh merata
berkembang indah di mana-mana.
Jika Anda tidak suka mayat dan tulang-tulang Aceh
tulang-tulang daerah ini tak kalah dahsyatnya.
Tentu saja diproduksi perusahaan kegarangan
dan kecerobohan yang sama. Apa boleh buat
kami lupa bagaimana mulanya.
Pendeknya Kami mencium seperti bau
pemberontakan orang-orang nekat
atau semacam tarekat.
Selain bertani, kami pastikan
mereka membawa golok atau kelewang.
Jangan tanya bukti, itu sepenuhnya soal nanti.
Tapi kalau mereka berbuat macam-macam,
bukankah keamanan bakal terancam? Tapi percayalah
mereka tidak kami jatuhkan dengan tombak,
golok atau kelewang. Kami bikin mereka
bergelimpangan dengan mudah dan nyaman
oleh senjata modern, model mutakhir yang diimpor
langsung dari negeri-negeri industri
yang demokratis, maju dan berperadaban.
Jadi tolong jangan salahkan kami punya serdadu.
Yang mereka tembaki memang gerombolan berbahaya.
Bayangkan! Sudah Muslim fundamentalis pula.

Anda ingin yang eksotik, kami punya banyak cadangan.
Cobalah bepergian ke Timor Timur. Alamnya mesra
sumber tambang yang kaya.
Sebagian penduduknya merasa
Indonesia hanya sekedar nama yang ditempelkan
begitu saja ke jidat mereka,
seperti merk mobil nasional kami
yang sungguh resmi dibuat di negeri tetangga.
Jika Anda kolektor tulang-belulang
dan berbagai produk kekejaman
di daerah ini semua tak kurang. Anda tinggal pilih
Jangan Anda salahkan kami. Tak perlu pula
menghujat kesana-kemari. Kami sudah membangun
berbagai gedung dan jalan raya
tapi penduduk sini berkeras mau merdeka.
Sekali lagi: jika Anda kolektor sejati
bagaimana bisa koleksi Anda dibilang sempurna
tanpa tengkorak daerah ini?
Persediaan kami lengkap: ada berbagai ukuran
dari berbagai usia. Jika beli banyak
kami tawarkan potongan harga.

Sebenarnya ingin juga kami tunjukkan kerasnya hati kami
untuk maju dan penuh gengsi. Inilah dia Kedung Ombo
waduk raksasa yang jaya. Di sini telah kami bendung
segalanya: air mata, kesakitan dan keputusasaan para petani
yang dengan riang kami usir pergi seperti ternak
berbondong-bondong anak-beranak. Atau Madiun!
Sungai darah yang indah. Hasil percintaan pertama
bangsa kami dengan ideologi kiri. Ada cinta berikutnya
semacam puber ideologis yang kedua.
Jika Anda tak suka barang lama, kami sajikan juga
sumbangan tulang-tulang baru dari Banyuwangi,
Jember dan sekitarnya. Tulang-tulang yang mewah
hasil keajaiban politik, sejumlah dusta, kegilaan
campur dendam dan keputusasaan jelata.
Kami tambahkan bau kemenyan
dan aroma magis negeri tropis.
Semuanya tersaji untuk Anda.

Para petualang sejati, janganlah berkecil hati.
Di Irian Jaya akan Anda dapatkan pengalaman purbawi.
Biru danau Sentani, puncak gunung berselimut salju abadi.
Di belahan ini, tembaga dan emas berlimpah-ruah
Anda bisa lihat orang-orang pribumi
berkeliaran memburu babi
atau menggali ketela dengan badan telanjang
dan kemaluan hanya tertutup koteka.
Komposisi yang indah bukan! Maklumlah
Bangsa kami memang bangsa seniman.
Jika Anda berminat, bisa kami usahakan
tengkorak kepala manusia yang antik dan cantik
hasil perang suku. Tapi harganya sangatlah tinggi
maklum barang asli. Lagi pula penduduk sini
tidak memenggalnya setiap hari.
Jika Anda ingin yang lebih murah
pilih saja yang lebih modern.
Memang kurang sempurna
karena ada bekas peluru di pelipisnya.
Tapi sebagai kenang-kenangan
perjalanan Anda ke dunia ketiga, kami jamin
souvenir ini tak bakal mengurangi kebanggaan Anda.

Tuhan mencipta tanah Priangan sambil tersenyum.
Itu kata pameo yang agak berlebihan memang.
Tapi alam dan gadisnya elok bukan buatan.
Maka kunjungilah tanah ini, daerah pegunungan yang asri.
Gairah Anda sebagai kolektor tulang korban kekerasan
tak akan dikecewakan. Ada tulang tukang becak
yang menggantung diri, ada pula tulang santri yang asyik
dengan agamanya sendiri. Anda bahkan bisa berenang
di danau penampungan air mata para petani
yang tanahnya disulap jadi pusat industri
padang golf dan perkebunan para petinggi.
Tuhan boleh menciptakan tanah ini sambil tersenyum
tapi koleksi tulang yang Anda inginkan itu
dibikin dengan penuh geram dan benci.
Jadi kualitasnya tak perlu Anda ragukan lagi.

Jika liburan Anda singkat saja, cukuplah
berkeliling di Jakarta. Gedung pencakar langit
dan pusat-pusat perbelanjaan
semua negara tentulah punya. Tapi pencakar langit
dan pertokoan yang hangus terbakar,
kamilah penghasil utamanya. Anda bahkan bisa berfoto
sekeluarga dengan latar belakang kerusuhan.
Sebagai ibu kota negara, persediaan mayat, tulang
dan tengkorak di sinilah pusatnya. Ada tengkorak
dan tulang-tulang hasil kegeraman ideologis
di Tanjung Priok sana. Ada tulang orang partai
hasil kecantikan taktik politik di sudut situ.
Ada juga tulang hasil kebencian rasialis
di pusat pertokoan sini.
Kami bisa banting harga jika Anda berminat
pada tulang-tulang anak-anak jalanan yang mati tak sengaja
karena lapar, dingin atau terlalu banyak menghirup
bau lem perekat. Tulang jenis ini jauh lebih murah harganya
karena mereka mati maunya sendiri. Tanpa tambahan
anggaran pembelian peluru atau biaya politik.
Dilihat dari segi kemewahan dan keindahan kota
kami hargai ketulusan hati mereka yang bersedia mati
tanpa banyak bicara. Mobil-mobil mewah kami
jadinya bisa berlalu-lalang dengan lebih leluasa.
Jadi untuk tulang jenis ini, kami tak pasang harga mati.

Dengan waktu pakansi yang pendek tak bisa kami tunjukkan
semua keistimewaan-keistimewaan kami
karena negeri kami demikian luasnya
terhampar sepanjang bentangan potret para korban
kerusuhan, pembantaian dan orang hilang.
Jika Anda dari negeri maju
di sini bakal Anda dapatkan pengalaman baru.
Anda dijamin tak akan merasa bosan
karena bisa bertualang ke berbagai pedalaman.
Sengaja kami batasi jumlah kota-kota besar
sebanyak jumlah konglomerat, hingga tak sukar
kita mengingat. Selebihnya dusun dan hamparan gelap,
seperti hamparan kaum melarat.

Inilah negeri kami. Sumber wisata bahari
yang tak bakal habis dikelilingi dalam seribu-kali cuti.
Dengan hanya sedikit uang, semua bisa Anda nikmati.
Percayalah ini perjalanan istimewa
yang tidak semua orang bisa mengalaminya!
Bahkan, hanya satu dua saja warga negeri kami
yang pernah menyaksikan sendiri kedahsyatan tanah airnya
selengkap yang tertera di dalam peta.

1998

Sumber: Aceh Mendesah Dalam Nafasku (1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Iklan Wisata Sebuah Biro Perjalanan" karya Agus R. Sarjono merupakan sebuah satir yang mengkritik tajam industri pariwisata di Indonesia dengan menyajikan iklan wisata yang ironis. Melalui gaya bahasa yang mengandung sindiran dan penggunaan kontras antara deskripsi positif dan realitas gelap, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang dampak sosial dan moral dari eksploitasi pariwisata yang terkadang mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.

Ironi dalam Iklan Wisata: Puisi ini mengawali setiap bagian dengan narasi yang meriah dan menggugah minat, seperti iklan wisata biasa. Namun, seiring perkembangan puisi, terlihat bahwa iklan tersebut menyajikan destinasi yang sebenarnya mengerikan dan tragis. Ironi ini mengundang pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang eksposur turis terhadap realitas yang tak terlihat di balik citra wisata.

Kontras Deskripsi dan Realitas: Penyajian kontras antara deskripsi positif dan realitas gelap menjadi ciri utama puisi ini. Meskipun puisi mencoba menjual pemandangan indah dan destinasi menarik, realitas yang digambarkan adalah tragedi, penderitaan, dan kekerasan yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Ini menciptakan perasaan tidak nyaman bagi pembaca dan mengajak mereka untuk berpikir lebih kritis tentang praktik-praktik pariwisata.

Kritik terhadap Eksploitasi: Puisi ini dengan tajam mengkritik eksploitasi manusia dan sumber daya alam dalam industri pariwisata. Destinasi wisata di dalam puisi disajikan sebagai tempat tragedi dan penderitaan, dengan menciptakan suasana yang kontradiktif dengan citra positif yang dijual dalam iklan.

Kritik terhadap Kegiatan Pemerintah: Puisi ini juga menyoroti tanggung jawab pemerintah dalam praktik pariwisata yang merugikan dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Pemerintah digambarkan mendukung dan bahkan terlibat dalam penciptaan "wisata" dari tragedi-tragedi yang sebenarnya.

Penggunaan Bahasa Satir: Gaya bahasa satir digunakan secara kuat untuk menyoroti ketidaksetaraan sosial dan politik di balik industri pariwisata. Penulisan yang menggambarkan situasi yang gelap dengan nada yang seolah-olah berbicara tentang keindahan dan daya tarik wisata menghasilkan efek dramatis yang kuat.

Efek Emosional dan Refleksi: Puisi ini berhasil menciptakan efek emosional yang kuat pada pembaca, mengundang perasaan tidak nyaman dan merenung. Melalui gaya satir dan narasi yang mengejutkan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang dampak sosial dan moral dari praktik pariwisata yang tidak etis.

Kritik Sosial yang Dalam: Lebih dari sekadar mengkritik industri pariwisata, puisi ini juga mencerminkan kritik sosial yang lebih dalam terhadap isu-isu seperti kekerasan, eksploitasi, korupsi, dan manipulasi informasi yang terjadi dalam masyarakat.

Puisi "Iklan Wisata Sebuah Biro Perjalanan" merupakan sebuah karya sastra yang kritis dan tajam dalam menyampaikan kritik terhadap industri pariwisata di Indonesia. Melalui gaya bahasa satir dan kontras antara deskripsi dan realitas, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang dampak sosial, moral, dan etis dari praktik-praktik pariwisata yang tidak sehat.

Agus R. Sarjono
Puisi: Iklan Wisata Sebuah Biro Perjalanan
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.