Puisi: Seperti Baru Kemarin (Karya Beni Setia)

Puisi "Seperti Baru Kemarin" karya Beni Setia menggambarkan perasaan kebingungan, ketidakmengertian, dan kekosongan yang dirasakan manusia dalam ...
Seperti Baru Kemarin

Seperti baru kemarin aku menjejakkan kakiku
pada lumpur yang kini kekal di museum
5.000 tahun yang lalu di Mohenjo-Daro
tidak salah lagi
dan seakan-akan setiap 100 tahun aku lahir
di tempat lain dan mati
di tempat lain lagi. Senantiasa
tanpa sadar.

Melakoni jalan-jalan serupa, menempuh jalinan
yang sama. Menuruni jurang, memanjat
tebing. Melayari laut Selatan
berulang-ulang, dan senantiasa dikurung
lengkung langit. Menyerah dalam lelah,
mati dan lahir lagi di tempat lain
dan kembali ke sini dan kembali berbuat
begini. Dengan tanpa sadar.

Dunia ternyata cuma dirambati ketidakmengertian
tubuh hancur dan utuh lagi. Roh dikumpulkan
di pinggang Adam. Termangu dan dungu
buta dan pekak oleh denyut waktu
terpisah dari segala peristiwa, terpisah
dari setiap ingat. Menggelepar dalam ruang
sempit. Terkapar
mabuk kekinian.

Kita dikurung dalam peristiwa dan ruang
yang melulu itu. Alpa dan tak mau tahu
: tidak diberi tahu! Diikat dan dibimbing
naluri tunggal, dan senantiasa berbuat
sama. Dijebak fatamorgana, dan sadar
kita tercecer-cecer. Lesu. Buntu
tak mampu menyimak
Sejarah Kemanusiaan.


1983

CATATAN:
Puisi ini berasal dari Buku Legiun Asing, tidak memiliki judul.

Analisis Puisi:

Puisi "Seperti Baru Kemarin" karya Beni Setia adalah sebuah refleksi mendalam tentang eksistensi manusia, perjalanan hidup, dan hubungan dengan sejarah serta takdir yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan gambaran perjalanan fisik dan spiritual, Beni Setia menggambarkan perasaan kebingungan, ketidakmengertian, dan kekosongan yang dirasakan manusia dalam menghadapi kehidupan.

Pengalaman Berulang-ulang: Penyair menggambarkan pengalaman hidup yang berulang-ulang, di mana setiap kehidupan terasa familiar namun juga asing. Ini mencerminkan konsep reinkarnasi atau keberlanjutan perjalanan roh dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya, tanpa adanya kesadaran akan proses tersebut.

Pengalaman Kehidupan yang Serupa: Dalam puisi ini, tergambar pengalaman hidup yang serupa dalam menghadapi tantangan dan peristiwa yang mungkin telah terjadi berulang kali. Penyair menggunakan metafora perjalanan fisik dan spiritual untuk menggambarkan perjalanan hidup yang terus berulang dengan dinamika yang sama.

Keterikatan dengan Sejarah dan Takdir: Beni Setia menggambarkan keterikatan manusia dengan sejarah dan takdir yang telah ditetapkan. Meskipun manusia mungkin berusaha menjalani kehidupan dengan cara yang berbeda, mereka tetap terjebak dalam lingkaran waktu dan peristiwa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Ketidakmengertian dan Keterbatasan Manusia: Penyair menyoroti ketidakmengertian manusia akan makna dan tujuan kehidupan, serta keterbatasan dalam memahami dan menyimak sejarah kemanusiaan. Hal ini menciptakan gambaran tentang kebingungan dan kekosongan yang dirasakan manusia dalam menjalani hidupnya.

Pesan tentang Kesadaran dan Pengetahuan: Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya kesadaran dan pengetahuan akan sejarah dan takdir manusia. Dengan menyadari dan memahami perjalanan hidup serta hubungannya dengan sejarah kemanusiaan, manusia dapat lebih baik memahami tujuan dan makna kehidupan mereka.

Secara keseluruhan, puisi "Seperti Baru Kemarin" karya Beni Setia adalah sebuah karya sastra yang menggugah pemikiran tentang eksistensi manusia, perjalanan hidup, dan hubungan dengan sejarah dan takdir. Dengan menggunakan gambaran perjalanan fisik dan spiritual, Beni Setia berhasil menyampaikan pesan tentang ketidakmengertian, keterikatan, dan kebingungan yang dirasakan manusia dalam menghadapi kehidupannya.

Beni Setia
Puisi: Seperti Baru Kemarin
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.