Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Gerak Semu Matahari" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah salah satu karya yang menarik untuk ditelaah karena menyajikan refleksi filosofis tentang keberadaan matahari, penglihatan manusia, dan kesalahpahaman dalam memahami hakikat alam. Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun sarat makna, sehingga membuka ruang bagi pembaca untuk melakukan penafsiran yang lebih dalam.
Tema
Tema utama puisi ini adalah persepsi manusia terhadap fenomena alam dan kebenaran hakiki yang sering kali disalahartikan. Penyair menghadirkan matahari sebagai sosok yang berbicara, menegaskan bahwa ia tidak pernah berubah posisi, melainkan hanya tampak bergerak karena keterbatasan cara pandang manusia.
Puisi ini bercerita tentang dialog imajiner antara matahari dengan manusia. Matahari digambarkan sebagai sosok yang sudah hadir sejak awal kehidupan manusia, memberikan kekuatan, cahaya, serta penanda waktu. Namun, manusia sering salah mengartikan keberadaannya—mengira matahari bergerak dari khatulistiwa ke utara dan selatan—padahal sejatinya matahari tetap pada posisinya. Hal ini mencerminkan perbedaan antara kenyataan objektif dan persepsi subjektif.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap keterbatasan penglihatan dan pemahaman manusia. Manusia sering kali salah menilai suatu realitas karena hanya mengandalkan indra tanpa menggali makna yang lebih dalam. Puisi ini juga menyiratkan pesan tentang kerendahan hati dalam memahami alam dan ciptaan Tuhan: apa yang tampak belum tentu seperti kenyataan yang sebenarnya.
Lebih jauh, puisi ini bisa ditafsirkan sebagai simbol kehidupan: manusia kerap salah menuduh atau salah menafsirkan sesuatu, padahal hakikatnya tidak berubah sejak awal.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini adalah reflektif dan kontemplatif. Ada nuansa ketenangan namun juga penuh keheranan ketika matahari “menjelaskan” dirinya. Pembaca diajak masuk ke dalam suasana perenungan tentang kebenaran, persepsi, dan bagaimana cara pandang bisa memengaruhi keyakinan.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Amanat yang dapat ditarik dari puisi ini adalah bahwa manusia perlu lebih bijak dalam memahami realitas. Jangan mudah terkecoh oleh apa yang tampak di permukaan, karena kebenaran hakiki sering tersembunyi di balik penampakan luar. Selain itu, puisi ini juga menyampaikan pesan bahwa alam adalah guru, yang dengan kesetiaannya mengajarkan manusia tentang keteraturan, keteguhan, dan keberlanjutan hidup.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual, seperti:
- “aku turut menguatkan tulang-tulangmu sekeras batu” → menciptakan imaji kekuatan dan keteguhan.
- “hujan datang singgah di beranda / dan awan serupa tirai di angkasa” → menghadirkan gambaran nyata suasana alam.
- “aku membagi musim menjadi empat penanda” → memunculkan imaji waktu yang teratur, berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Imaji tersebut membuat pembaca dapat merasakan kehadiran matahari sebagai sesuatu yang nyata sekaligus dekat.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi – Matahari digambarkan seolah-olah bisa berbicara dan menjelaskan dirinya, misalnya pada baris “Aku tak pernah sekalipun menipu / selain penglihatanmu yang kurasa keliru”.
- Metafora – Matahari diposisikan sebagai guru atau saksi kehidupan manusia, bukan sekadar benda langit.
- Hiperbola – “aku turut menguatkan tulang-tulangmu sekeras batu” menggambarkan betapa besar peran matahari dalam memberi kekuatan hidup.
Puisi "Gerak Semu Matahari" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah refleksi mendalam tentang keterbatasan manusia dalam memahami kebenaran. Dengan tema alam dan persepsi, puisi ini bercerita tentang hubungan manusia dengan matahari, menghadirkan makna tersirat bahwa realitas seringkali lebih kompleks dari yang terlihat. Suasana yang kontemplatif, imaji alam yang kuat, serta penggunaan majas personifikasi menjadikan puisi ini kaya untuk ditafsirkan.
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
