Puisi: Perkabungan Cincin (Karya Nana Riskhi Susanti)

Puisi "Perkabungan Cincin" karya Nana Riskhi Susanti membawa pembaca ke dalam pengalaman emosional dan refleksi yang mendalam.
Perkabungan Cincin

Untuk ia
yang merajai seluruh kerdip mata
yang mengalungkan keraguan di dada

Telunjuk kananku
- aku percaya -
bisa menuntunmu ke tempat semula
jalan dimana kau bisikkan sesuatu hal dengan hati-hati
sesuatu hal yang membawa kita ke panggung sederhana ini
sebelum melewati rel-rel penuh gumam
menjumpai benturan-benturan keras di kepalaku.

Dan tak perlu berkabung
jika cincin ini mengusikmu
membangunkanmu
dari mimpi yang kau susun sendiri.

Pastilah ada api menyala dari kayu hijau
kayu yang akan kau hanguskan suatu malam nanti
saat kau tak mampu menampung lenguhku

Aku sudah bercermin sebelum kau menyuruhku
dan dengan amat sadar kupuja-puja kesenyapanmu
seperti puisi-puisiku
membenam-benamkan keningmu yang salju.

2009

Analisis Puisi:
Puisi "Perkabungan Cincin" karya Nana Riskhi Susanti membawa pembaca ke dalam pengalaman emosional dan refleksi yang mendalam.

Pembukaan dengan Gelora Emosi:
Puisi dimulai dengan pengantar yang penuh emosi, menyebutkan tentang seseorang yang "merajai seluruh kerdip mata" dan "mengalungkan keraguan di dada." Ini menciptakan gambaran sosok yang memiliki pengaruh besar, mungkin dalam hubungan atau kehidupan seseorang.

Telunjuk Kanan dan Petunjuk Menuju Masa Lalu: Metafora "telunjuk kananku bisa menuntunmu ke tempat semula" menciptakan citra petunjuk atau panduan menuju kenangan atau masa lalu. Penggunaan kata "semula" menyiratkan keinginan untuk kembali ke momen-momen yang berharga atau penting.

Relasi dengan Benturan Emosional: Pernyataan tentang "rel-rel penuh gumam" dan "benturan-benturan keras di kepalaku" menciptakan gambaran tentang konflik dan rintangan emosional. Ini bisa menggambarkan perjalanan hidup yang sulit, dengan konflik dan tantangan yang harus dihadapi.

Berkabung dan Cincin sebagai Simbol: Kata "berkabung" mengacu pada rasa duka atau kehilangan, sementara "cincin" mungkin merupakan simbol dari sesuatu yang berharga atau berarti. Mungkin ada kehilangan atau pemisahan yang diungkapkan melalui cincin sebagai objek simbolis.

Bangkit dari Mimpi dan Api Kayu Hijau: Pernyataan "membangunkanmu dari mimpi yang kau susun sendiri" menyiratkan pembebasan dari ilusi atau harapan yang dibangun sendiri. "Api kayu hijau" mungkin menggambarkan kesadaran yang tiba-tiba, sesuatu yang datang dengan kejutan atau kejadian tak terduga.

Kesenyapan dan Kening Salju: Puisi menyinggung tentang "pemujaan kesenyapanmu" dan "puisi-puisiku membenam-benamkan keningmu yang salju." Ini bisa menggambarkan keanggunan dan ketenangan dalam kesenyapan, mungkin merujuk pada kesedihan atau kerinduan yang terpendam.

Kesadaran dan Pembenaran Diri: Puisi berakhir dengan kesadaran akan diri sendiri, diwakili oleh kalimat "Aku sudah bercermin sebelum kau menyuruhku." Ini mungkin mencerminkan pengertian diri dan kesiapan untuk menghadapi realitas.

Puisi "Perkabungan Cincin" menggabungkan elemen emosional, simbolisme, dan refleksi diri. Nana Riskhi Susanti berhasil menyajikan puisi yang mendalam, memungkinkan pembaca untuk merenung dan merasakan kompleksitas emosi yang terkandung di dalamnya.

Puisi: Perkabungan Cincin
Puisi: Perkabungan Cincin
Karya: Nana Riskhi Susanti
© Sepenuhnya. All rights reserved.