Puisi: Selamatkan Slamet (Karya Dimas Indiana Senja)

Puisi "Selamatkan Slamet" menggambarkan kekhawatiran akan perubahan lingkungan dan nilai-nilai tradisional yang terancam oleh modernisasi dan ...
Selamatkan Slamet

Syahdan, hutan dan gunung adalah titipan
tuhan, sebab proyek pengadaan
kehidupan akan dilanjutkan
di hari ke delapan

Hari dimana tengadah tangan
dirobohkan deru mesin dan uang pelicin
di sela peci kyai dan saku baju
pak menteri dan bupati

Sampai kapan kita menangisi
kebodohan, yang menjalar di ketiak
aktivis dan politisi, sebab kemahiran
menanam dan beternak
tidak dipelajari di pamflet dan televisi?

Slamet adalah rumah kita
adalah pertapaan paling wingit
dikelilingi doa-doa rimbun
tempat kepulangan paling teduh
tanpa jejak dosa dan mata air yang keruh

Lalu kenapa bau anyir luka
mesti rembes dari akar-akar pohon
dari telinga dan mata yang disumbat
oleh kepentingan-kepentingan sesaat?

Tuhan tentu akan marah
jika proyeknya mangkrak tak terurus
sementara ia selalu dikoyak
oleh tangis dan ratapan paling tulus

Anak-anak desa dengan gembalanya
dan sawah dengan sungainya
dan orangtua dengan mimpinya
dan hidup dengan maknanya

Kalender akan kering dan menua
penuh penyesalan dan kesialan
sebelum segala yang tuhan
titipkan, dijaga dan diselamatkan.

Paguyangan, Juli 2017

Analisis Puisi:

Puisi "Selamatkan Slamet" karya Dimas Indiana Senja adalah sebuah karya yang menggambarkan kekhawatiran akan perubahan lingkungan dan nilai-nilai tradisional yang terancam oleh modernisasi dan pembangunan.

Simbolisme Alam: Penyair menggunakan simbolisme alam seperti hutan, gunung, dan Slamet untuk merepresentasikan keberadaan dan kekayaan alam yang menjadi anugerah Tuhan. Hutan dan gunung dianggap sebagai titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan.

Konflik Antara Tradisi dan Modernitas: Puisi ini menggambarkan konflik antara tradisi dan modernitas yang seringkali merusak lingkungan dan nilai-nilai budaya. Di tengah kehadiran proyek-proyek pembangunan modern, nilai-nilai kearifan lokal seperti kehidupan sederhana, pertanian, dan spiritualitas terabaikan.

Kritik terhadap Pembangunan Tanpa Pertimbangan Lingkungan: Dimas Indiana Senja menyoroti dampak negatif pembangunan yang tidak memperhatikan keberlangsungan lingkungan dan kehidupan tradisional masyarakat. Dia menunjukkan kekecewaan terhadap para politisi dan aktivis yang terjebak dalam kepentingan sesaat tanpa memperhatikan keberlangsungan alam dan kehidupan masyarakat pedesaan.

Panggilan untuk Aksi dan Pertimbangan: Puisi ini juga merupakan sebuah panggilan untuk bertindak dan melindungi lingkungan serta warisan budaya yang telah diberikan Tuhan. Penyair mengajak untuk menghargai dan melestarikan alam serta nilai-nilai tradisional agar tidak terlupakan di tengah arus modernisasi.

Gaya Bahasa yang Kuat: Dimas Indiana Senja menggunakan bahasa yang kaya dan metafora yang kuat untuk menyampaikan pesan kritiknya. Metafora tentang Slamet sebagai "pertapaan paling wingit" dan "tempat kepulangan paling teduh" menggambarkan nilai spiritual dan kedamaian yang terancam oleh pembangunan yang tidak terkendali.

Secara keseluruhan, puisi "Selamatkan Slamet" adalah sebuah puisi yang menggugah kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dan nilai-nilai budaya dalam menghadapi arus modernisasi yang terus berkembang. Penyair dengan tegas menyuarakan keprihatinan terhadap hilangnya harmoni antara manusia, alam, dan tradisi.

"Dimas Indiana Senja"
Puisi: Selamatkan Slamet
Karya: Dimas Indiana Senja
© Sepenuhnya. All rights reserved.