Puisi: Sang Waktu (Karya Remy Sylado)

Puisi "Sang Waktu" karya Remy Sylado merangkum refleksi mendalam tentang pengalaman hidup, kehilangan, dan kesadaran akan perjalanan waktu. Dengan ...
Sang Waktu

Aku ratapi lembar cerita dulu-dulu
kerna cinta sejati dalam cita-cita kok kalah
dan aku umpati lembar cerita hari ini
kerna aku ikan hias yang menyenangkan mata
disuruh berenang dalam semak-semak.

Waktu, betapa cepat ia menyelesaikan tugasnya
hanya kenang yang boleh merangkaikan ekornya
di sini mungkin, di satu tempat pada satu kota
coba pulangkan roh masa remaja pada arti jarak
ada ungkapan jika embun basahi rambut di taman:
"sudah larut, ngantuk, tapi tidak bisa tidur,"
lalu usia muda membuat tubuh terbang melayang
oh, lagu merdu tanpa nada, bergerak cuma irama.

Bagai satu kutuk, kearifan kini tak menarik
orang-orang yang merasa diberi bakat berkuasa
telah mengubah kekuasaan sama dengan kekerasan
lalu belas kasih keburu mati sebelum aku lahir
begitu aku dibisiki nurani dalam zikirku
dan aku lupa caranya menyatakan haru
bagaimana anak-cucu setelah aku dijemput ajal?

Ratap yang mesti aku perlukan besok
adalah pengetahuan yang telah terang kini
bahwa anak-cucu menanggung fitrah orangtuanya.

Analisis Puisi:

Puisi "Sang Waktu" karya Remy Sylado merangkum refleksi mendalam tentang pengalaman hidup, kehilangan, dan kesadaran akan perjalanan waktu. Dengan kata-kata yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang nilai-nilai kehidupan dan tindakan-tindakan yang diambil selama masa hidup.

Refleksi atas Masa Lalu dan Masa Kini: Puisi ini dimulai dengan ekspresi kesedihan dan penyesalan terhadap lembaran masa lalu yang telah berlalu. Penggunaan kata-kata seperti "ratapi" dan "umpati" menggambarkan perasaan penyesalan dan kekecewaan terhadap arah hidup yang telah dijalani. Namun, puisi ini juga mengajak pembaca untuk mengintrospeksi diri terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan saat ini, menggambarkan keberanian untuk menghadapi realitas dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

Persepsi terhadap Waktu: Puisi ini menyoroti sifat alamiah waktu yang cepat berlalu dan tak terelakkan. Penekanan pada kecepatan waktu ("Waktu, betapa cepat ia menyelesaikan tugasnya") mengingatkan pembaca akan pentingnya menghargai setiap momen yang dimiliki dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Sylado menggunakan metafora tentang embun yang basah pada rambut di taman sebagai representasi dari momen-momen yang berharga namun sulit untuk dinikmati sepenuhnya.

Refleksi atas Kehidupan dan Kekuasaan: Puisi ini juga mencerminkan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan politik saat ini. Dengan menggambarkan kekuasaan yang dikaitkan dengan kekerasan dan kehilangan nilai-nilai kebaikan, Sylado menggambarkan kekecewaannya terhadap perubahan zaman yang merugikan nilai-nilai kemanusiaan.

Secara keseluruhan, puisi "Sang Waktu" adalah sebuah puisi yang mengajak pembaca untuk merenung tentang makna hidup, perubahan waktu, dan peran manusia dalam menghadapinya. Dengan gaya penulisan yang lugas dan puitis, Sylado berhasil menyampaikan pesan-pesan filosofis tentang kehidupan dan perubahan zaman. Puisi ini mengingatkan pembaca akan pentingnya menjalani hidup dengan penuh kesadaran, menghargai setiap momen, dan tidak lupa akan nilai-nilai kemanusiaan dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang ada.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Sang Waktu
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.