Puisi: Jogja, Kembali Pulang (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Jogja, Kembali Pulang" karya Dimas Arika Mihardja adalah penggambaran emosional tentang kampung halaman dan perasaan pulang di tengah .....
Jogja, Kembali Pulang
(: teringat sosok Si Mbok)


Pulang kampung
orang-orang berselimut sarung
langit mendung:
hatinya suwung
butir-butir pasir parang tritis
iklan baris yang meringis 
lidah air parang Kusumo
mantra Mbah Kromo
teriak becak di Malioboro
sajak terkoyak
(Kulon Progo seperti sawah musim ketigo
gerabah bantul pecah
sleman demam berat
gunung kidul tetap makan thiwul
kota jogja luka-luka)
Jogja adalah Si Mbok yang terkapar di lincak:
kepalanya puyeng dan dadanya sesak.


Jogja, Juli 2006

Analisis Puisi:
Puisi "Jogja, Kembali Pulang" karya Dimas Arika Mihardja adalah penggambaran emosional tentang kampung halaman dan perasaan pulang di tengah lanskap kota Jogja. Puisi ini menggambarkan suasana, karakteristik, dan perasaan dari kampung halaman Jogja dengan penggunaan bahasa dan imaji yang kuat.

Pulang ke Kampung: Puisi ini dimulai dengan kata "Pulang kampung," yang mengindikasikan perjalanan kembali ke kampung halaman. Penggunaan kata "pulang" menciptakan rasa nostalgia dan koneksi emosional dengan tempat asal.

Citra Orang-Orang Berselimut Sarung: Gambaran orang-orang yang berselimut sarung menciptakan suasana yang akrab dan hangat. Penggunaan sarung merujuk pada budaya dan tradisi Jawa yang kuat, serta menciptakan citra tentang kehangatan dan kebersamaan di kampung halaman.

Pemandangan Langit Mendung: Deskripsi langit mendung menciptakan suasana yang agak melankolis. Ini bisa diartikan sebagai perwujudan emosi atau perasaan yang rumit, mungkin merujuk pada perasaan narator tentang kembali ke kampung halaman yang mungkin tidak selalu membawa kebahagiaan.

Imaji Pasir Parang Tritis dan Iklan Baris: Puisi ini menggunakan imaji pasir Parang Tritis dan iklan baris yang meringis untuk merujuk pada elemen-elemen khas Jogja. Imaji ini menciptakan gambaran yang jelas tentang lingkungan dan atmosfer kota, serta memberikan kekayaan visual dalam puisi.

Identitas Budaya Jogja: Puisi ini menunjukkan identitas budaya khas Jogja melalui penggunaan kata-kata seperti "mantra Mbah Kromo" dan "teriak becak di Malioboro." Hal ini menghubungkan narator dan pembaca dengan elemen-elemen budaya yang dapat mengingatkan pada kota Jogja.

Gambaran Jogja yang Luka: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran Jogja yang terluka, seperti "Jogja adalah Si Mbok yang terkapar di lincak." Ini menciptakan perasaan kepedihan atau keprihatinan terhadap kota yang dicintai yang mungkin telah mengalami perubahan atau tantangan sulit.

Puisi "Jogja, Kembali Pulang" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan perasaan pulang ke kampung halaman Jogja dengan imaji yang kuat dan bahasa yang kaya. Puisi ini menciptakan suasana emosional yang menghubungkan pembaca dengan identitas budaya dan nuansa khas Jogja, sambil mengekspresikan perasaan nostalgia dan kepedihan yang dapat muncul dalam perjalanan pulang.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Jogja, Kembali Pulang
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.