Puisi: Nada Awal (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Nada Awal" karya Subagio Sastrowardoyo mengajak pembaca untuk merenung tentang perubahan alam dan bagaimana kehilangan manusia dapat ...
Nada Awal

Tugasku hanya menterjemah
gerak daun yang bergantung
di ranting yang letih. Rahasia
membutuhkan kata yang terucap
di puncak sepi. Ketika daun
jatuh tak ada titik darah. Tapi
di ruang kelam ada yang merasa
kehilangan dan mengaduh pedih.

Sumber: Simfoni Dua (1990)

Analisis Puisi:
Puisi "Nada Awal" karya Subagio Sastrowardoyo adalah karya sastra yang memperlihatkan keindahan sederhana dan kompleksitas alam melalui kata-kata yang penuh dengan makna.

Tugas Menterjemah Gerak Daun: Puisi dibuka dengan pengakuan bahwa tugas penyair adalah "menterjemah gerak daun yang bergantung." Ini memberikan gambaran tentang peran penyair sebagai pengamat yang peka terhadap keindahan dan perubahan alam. Aktivitas sehari-hari seperti gerak daun menjadi bagian dari bahasa alam yang perlu diterjemahkan.

Gerak Daun dan Ranting yang Letih: Gambaran gerak daun yang bergantung di ranting yang letih menciptakan citra kelelahan dan beban. Hal ini dapat diartikan sebagai simbol dari kerapuhan dan kehidupan yang rapuh, serta keterkaitan erat antara alam dan kehidupan manusia.

Rahasia di Puncak Sepi: Puisi menciptakan nuansa misteri dengan menyebutkan "Rahasia membutuhkan kata yang terucap di puncak sepi." Ini menyoroti pentingnya keheningan dan introspeksi untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi. Puncak sepi menjadi tempat di mana rahasia-rahasia itu bisa diucapkan.

Daun yang Jatuh dan Kehilangan Manusia: Puisi melibatkan citra daun yang jatuh tanpa meninggalkan darah, tetapi di ruang kelam ada yang merasa kehilangan dan mengaduh pedih. Ini menciptakan kontras antara keheningan alam dan kepedihan yang dirasakan oleh manusia. Daun yang jatuh mungkin tidak meninggalkan jejak fisik, tetapi ada kehilangan yang dirasakan dalam ruang batin.

Puisi sebagai Medium untuk Merenung dan Mengungkapkan Kehilangan: Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan pesan bahwa alam dapat menjadi medium untuk merenung dan mencari pemaknaan, sementara kehilangan manusia, bahkan tanpa titik darah yang terlihat, dapat menghasilkan rasa kepedihan yang mendalam.

Puisi "Nada Awal" karya Subagio Sastrowardoyo adalah suatu perjalanan melalui keindahan alam dan kompleksitas manusia. Dengan kata-kata yang sederhana namun dalam, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang perubahan alam dan bagaimana kehilangan manusia dapat dirasakan meskipun tanpa tanda fisik yang nyata. Puisi ini menjadi refleksi mendalam tentang hubungan antara manusia dan alam, serta peran puisi sebagai sarana untuk memahami dan mengungkapkan kehidupan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Nada Awal
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.