Puisi: Pada Daun Gugur (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Pada Daun Gugur" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan ketakutan, perpisahan, dan alam yang menakutkan dalam kehidupan manusia.
Pada Daun Gugur

Cemas mencekam
ketika air mengalir
dari rambut kuyup.
Di kolam redup
air membenamkan tubuh
dalam kalut.
Air itu sebagian dari laut
yang merenggut angan
ke dalam keabadian, kesepian dan maut.

Ketakutan tidak bisa diajari
dari buku sekolah atau dari petuah orang tua.
Ketakutan dialami oleh dia yang terlantar
di pinggir kota tanpa ada yang menyapa.
Ketakutan adalah hak istimewa bagi dia
yang pernah dilanda hampa.
Ketakutan melekat pada dia yang
selalu bertanya: untuk apa aku ada.

Pada daun gugur satu
berulang proses perpisahan.
Nasib tak terelakkan
bagi dia yang mengikat kasih.
Tapi ah, kengerian itu yang dihadapi
dalam kekosongan. Tangis
atau senda tak mungkin mengatasi.

Dendam lama
terpahat dalam batu.
Tidak semua pengalaman
dikisahkan kepada bumi.
Lebih baik bisu
dan membiarkan sedih lewat
tanpa saksi.
Menghadapi tekateki
badan tergolek tak peduli.

Di balik paras muka
terkuak alam lain.
Daerah asing
yang petualang tak berani menapak.
Hutan begitu lebat
mudah menyesatkan langkah lelaki.
Bahkan air di danau lembah
di lidah terasa getir bertuba
Perempuan! Di ribaanmu
aku lekas akan mati.

Sumber: Horison (November, 1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Pada Daun Gugur" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya yang memperlihatkan kehidupan yang dipenuhi dengan ketakutan, perpisahan, dan alam yang menakutkan. Dalam analisis ini, kita akan mengeksplorasi beberapa tema yang terkandung dalam puisi ini.

Ketakutan dan Kekosongan: Puisi ini menggambarkan ketakutan yang mendalam yang dirasakan oleh tokoh dalam puisi ini. Tokoh ini merasa cemas dan terlantar, tanpa memiliki pegangan atau panduan dalam kehidupannya. Ketakutan ini tidak bisa diajarkan melalui buku sekolah atau nasihat dari orang tua, tetapi dialami oleh mereka yang merasakan hampa dan kekosongan dalam hidup mereka.

Proses Perpisahan dan Nasib Tak Terelakkan: Puisi ini juga menggambarkan proses perpisahan yang tidak terelakkan dalam kehidupan. Seperti daun gugur yang terpisah dari pohonnya, nasib tak terelakkan bagi mereka yang mengikat kasih. Namun, proses perpisahan ini dipenuhi dengan kengerian, terutama saat dihadapi dalam kekosongan dan kesendirian.

Alam yang Menakutkan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang alam yang menakutkan dan penuh misteri. Hutan yang lebat dan air di danau lembah dijelaskan sebagai tempat-tempat yang menakutkan dan dapat menyesatkan. Alam yang begitu kuat dan ganas sehingga dapat menyebabkan kengerian dan kehilangan bagi mereka yang tidak waspada.

Penderitaan dan Kehidupan yang Berat: Puisi ini juga menciptakan gambaran tentang penderitaan dan kehidupan yang berat yang dialami oleh tokoh dalam puisi ini. Mereka menghadapi tekateki dan masalah yang sulit, tanpa memiliki dukungan atau saksi dalam kehidupan mereka.

Puisi "Pada Daun Gugur" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya yang menggambarkan ketakutan, perpisahan, dan alam yang menakutkan dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keadaan manusia dalam menghadapi ketidakpastian dan penderitaan dalam hidup mereka.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Pada Daun Gugur
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.