Puisi: Sepasang Mata yang Berkabar (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Sepasang Mata yang Berkabar" karya Raudal Tanjung Banua menciptakan gambaran perasaan yang mendalam dan rasa kehilangan yang sulit diungkapkan.
Sepasang Mata yang Berkabar


Mataku. Batu yang jatuh
ke lubuk mabuk
Dipeluk dingin
hening merayap tebing

Menadah senyap dasar
dari situ aku ingin bergemuruh
berkabar
mengaliri jejak yang tertinggal

Bu, mataku boleh tak pulang
ke liangnya
tapi airnya yang leleh
jadi penyejuk hatimu
penawar luka agar tak dalam

Mataku. Kembar sepasang
direnggut arus menderas
dimabuk peluk
memecah diam

Bu, engkau ada di mataku
walau sekadar bayang di kulit air.


Denpasar, 1995

Analisis Puisi:
Puisi "Sepasang Mata yang Berkabar" karya Raudal Tanjung Banua adalah karya sastra yang mengungkapkan berbagai perasaan dan simbolisme melalui gambaran dua mata yang berbicara.

Simbolisme Mata: Mata dalam puisi ini bukan hanya bagian tubuh fisik, tetapi juga mengandung banyak makna simbolis. Mata sering kali digunakan dalam sastra untuk mewakili pengetahuan, pandangan, perasaan, dan pengungkapan. Dalam konteks ini, mata adalah perwujudan dari penglihatan emosional dan keintiman.

Batuan yang Jatuh: Pembuka puisi ini dengan metafora "Mataku. Batu yang jatuh ke lubuk mabuk" menggambarkan rasa kehilangan dan kejatuhan yang dalam. Ini bisa melambangkan perasaan kecewa atau perasaan yang tertindas.

Lubuk Mabuk dan Dingin: Kata-kata "lubuk mabuk" dan "dipeluk dingin" menciptakan gambaran suasana hati yang dalam dan campuran antara perasaan kehangatan dan dingin. Mereka menyoroti kebingungan dan keraguan emosional.

Menadah Senyap Dasar: Ekspresi "menadah senyap dasar" menggambarkan upaya untuk memahami dan merenungkan perasaan dan pemahaman yang lebih dalam. Ini juga bisa menggambarkan keinginan untuk mendekati seseorang dengan lebih intim.

Jejak yang Tertinggal: Pembicara dalam puisi ini ingin "berkabar" dan "mengaliri jejak yang tertinggal." Ini bisa diartikan sebagai keinginan untuk berbicara dan berkomunikasi tentang apa yang ada dalam hatinya.

Bayang di Kulit Air: Kata-kata "engkau ada di mataku / walau sekadar bayang di kulit air" menciptakan gambaran tentang kehadiran yang samar dan kerinduan yang tidak terpenuhi. Ini bisa menggambarkan perasaan kerinduan yang mendalam.

Secara keseluruhan, puisi ini menciptakan gambaran perasaan yang mendalam dan rasa kehilangan yang sulit diungkapkan. Puisi ini menggunakan simbolisme mata dan alam secara kuat untuk mengekspresikan perasaan kompleks yang terkait dengan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan seseorang.

"Puisi: Sepasang Mata yang Berkabar"
Puisi: Sepasang Mata yang Berkabar
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.