Analisis Puisi:
Puisi "Zaman Jahiliah Kedua" karya Sobron Aidit merupakan kritik sosial yang tajam terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia, khususnya pada masa pemerintahan presiden-presiden yang disebutkan dalam puisi.
Kritik Terhadap Kekerasan Politik: Penyair dengan tegas menyuarakan ketidakpuasan terhadap kekerasan politik yang terjadi di Indonesia, dari masa ke masa. Pembunuhan dan kekerasan terus berlanjut tanpa henti, menunjukkan bahwa kekuasaan dan korupsi masih merajalela di negeri ini.
Kritik Terhadap Elite Politik: Puisi ini mencerminkan ketidakpercayaan terhadap elite politik dan pemimpin yang mengeksploitasi kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi. Penyair mengecam perilaku koruptif dan tidak bermoral dari mereka yang duduk di puncak kekuasaan.
Panggilan untuk Perubahan: Penyair mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan bertindak untuk mengubah arah politik negara. Demonstran di jalanan dipuji sebagai pahlawan yang berjuang untuk keadilan dan kebebasan, sementara elit politik digambarkan sebagai penindas yang memakan korban tanpa belas kasihan.
Pemahaman atas Dampak Pilihan Politik: Puisi ini menyiratkan bahwa masyarakat harus menyadari konsekuensi dari pilihan politik mereka. Penyair menggambarkan bahwa biaya politik yang mahal telah dibayar dengan darah dan penderitaan rakyat, dan menantang apakah masyarakat masih ingin memilih pemerintahan yang korup dan otoriter.
Pemanggilan untuk Kesadaran dan Aksi: Penyair menegaskan bahwa masa depan negara tergantung pada tindakan kita sebagai individu dan sebagai masyarakat. Pemahaman akan kejahatan politik dan keinginan untuk mengubahnya menjadi tema sentral dalam puisi ini, memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya kesadaran dan aksi kolektif.
Dengan demikian, puisi "Zaman Jahiliah Kedua" adalah sebuah puisi yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap kekerasan politik dan korupsi di Indonesia, serta mengajak pembaca untuk bertindak demi perubahan yang lebih baik.
Karya: Sobron Aidit