Puisi: Ada Datang Dayang ke Jakarta (Karya Iwan Simatupang)

Puisi "Ada Datang Dayang ke Jakarta" karya Iwan Simatupang menggambarkan perjumpaan antara seorang dayang yang mencari putra mahkota dari ....
Ada Datang Dayang ke Jakarta
Pada musik Ilham dari Jakarta (RRI)

Di satu petang berlambai remang
Datang satu dayang di gerbang
Jakarta

Ia datang cari putra mahkota
Dari kerajaan puri-puri merah di bukit-bukit hijau
Yang telah tinggalkan cinta berlingkar sunyi di warna
Dan pergi pacu pahlawan-tak bernama
(penyelamat merah dan hijau di bukit-bukit
Dari cedera singa bersengketa gagak)
– pahlawan dari
Jakarta

Tapi siapa yang akan katakan pada dayang
: kepahlawanan
Idaman sunyi bercinta
Cinta bersunyi
Asing di ini gurun-daging-dan-batu
Jakarta?

Ah, dayang!
Di sebelah dalam dari ini gerbang
Tuan putri sudah lama akhiri pencarian
Kepahlawanan berhati cinta
Berhati sunyi
– tuan putri mati gila dan diperkosa
Untuknya didirikan tugu srikandi-tak bernama di pinggir
Jakarta

Di satu tengah malam – bertolak-dinihari
Pulang satu dayang, kutuki ilham dari
Jakarta.

Sumber: Majalah Zenit (Oktober, 1953)

Analisis Puisi:
Puisi "Ada Datang Dayang ke Jakarta" karya Iwan Simatupang menggambarkan perjumpaan antara seorang dayang yang mencari putra mahkota dari kerajaan puri-puri merah di bukit-bukit hijau dengan Jakarta, sebuah kota besar yang penuh dengan kesibukan dan dinamika kehidupan modern.

Pemandangan yang Kontras: Puisi ini menggambarkan kontras antara dua dunia yang berbeda. Di satu sisi, ada kerajaan puri-puri merah yang indah dan penuh dengan cinta, sedangkan di sisi lain, ada Jakarta yang keras dan tidak mengenal cinta. Ini menciptakan konflik sentral dalam puisi.

Dayang sebagai Simbol: Dayang yang datang mencari putra mahkota adalah simbol dari keinginan untuk menemukan cinta dan kedamaian. Dia mewakili kebaikan dan kelembutan yang hilang dalam kehidupan yang keras dan tanpa cinta di Jakarta.

Putra Mahkota yang Hilang: Putra mahkota dari kerajaan puri-puri merah telah meninggalkan cinta dan kebaikan untuk menjadi seorang pahlawan di Jakarta. Keputusannya untuk meninggalkan kehidupan yang damai dan cinta yang ditinggalkannya menciptakan ketegangan dalam puisi.

Kepahlawanan yang Dicari: Dayang mencari kepahlawanan di Jakarta, tetapi dia menemukan bahwa kepahlawanan yang dicari itu sebenarnya adalah kepahlawanan yang kejam dan tanpa belas kasihan. Ini mencerminkan realitas kehidupan di kota besar yang penuh dengan konflik dan pertarungan.

Kegagalan Pencarian: Dayang akhirnya menyadari bahwa dia telah mencari sesuatu yang tidak ada di Jakarta. Putra mahkota yang dia cari sudah lama mati dalam perjuangannya. Hal ini menunjukkan bahwa Jakarta adalah tempat yang keras dan tanpa cinta, di mana kebaikan dan kepahlawanan tidak memiliki tempat.

Tugu Srikandi: Puisi ini mengacu pada tugu srikandi-tak bernama yang didirikan untuk mengenang tuan putri yang mati dengan cara tragis. Tugu ini adalah simbol dari pengorbanan dan kehilangan dalam pencarian cinta dan kepahlawanan.

Kesunyian Jakarta: Puisi ini menciptakan gambaran Jakarta sebagai kota yang keras dan tanpa cinta. Jakarta digambarkan sebagai gurun-daging-dan-batu yang tidak memiliki tempat bagi cinta dan kebaikan.

Kesimpulan yang Pahit: Puisi ini mengakhiri cerita dengan dayang yang pulang dengan kesedihan dan kekecewaan. Kesimpulan yang pahit ini menggambarkan kegagalan dayang untuk menemukan apa yang dia cari di Jakarta.

Puisi "Ada Datang Dayang ke Jakarta" adalah sebuah karya yang menggambarkan perjuangan dayang untuk menemukan cinta dan kedamaian di tengah kerasnya kehidupan kota besar. Ini juga merupakan kritik terhadap kehilangan nilai-nilai kebaikan dan kepahlawanan dalam dunia modern yang sering kali tanpa cinta dan belas kasihan.

Iwan Simatupang
Puisi: Ada Datang Dayang ke Jakarta
Karya: Iwan Simatupang

Biodata Iwan Simatupang:
  • Iwan Simatupang (Iwan Maratua Dongan Simatupang) lahir pada tanggal 18 Januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara.
  • Iwan Simatupang meninggal dunia pada tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.