Puisi: Amsal Sebilah Pisau (Karya Toto ST Radik)

Puisi "Amsal Sebilah Pisau" karya Toto ST Radik menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan dan perjuangan sebilah pisau yang tergeletak di ....
Amsal Sebilah Pisau

Pisau yang tergeletak di atas meja makan itu terisak sedih
sudah berhari-hari tak ada apa pun, sekadar bawang merah
atau seekor cicak melintas, untuk dicincang
jamur karat membelukar di tubuhnya yang kian suram dan renta
matanya yang tumpul masih berkilat karena siksa lapar
namun ruang dan waktu yang mengepung dirinya hanya
menurunkan sepi

Seseorang meninggalkannya begitu saja di meja makan itu
tanpa tugas tanpa mangsa
padahal begitu nyaring ia dengar suara erang daging dan deras darah
yang muncrat di jalan-jalan kelam dari jaman ke jaman
sejak Qabil membantai Habil
O, daging yang ranum darah yang harum
aku menginginkanmu di hari tuaku yang buruk ini! Ratapnya
pedih dibekuk kenangan yang mendatanginya bertubi-tubi

Pisau yang tergeletak di atas meja makan itu meraung sangsai
seperti putus asa
sudah berhari-hari ia tak menemu cara bunuh diri: mengakhiri
seluruh perjalanannya dan memulai lagi pengelanaan baru
menyusuri jalan-jalan kelam di dunia lain
bersama orang-orang lain
sebagai korban.

Serang, 1998-1999

Analisis Puisi:
Puisi "Amsal Sebilah Pisau" karya Toto ST Radik menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan dan perjuangan sebilah pisau yang tergeletak di atas meja makan.

Personifikasi Pisau: Pisau dalam puisi ini digambarkan sebagai entitas yang hidup, memiliki perasaan, dan mengalami penderitaan. Meskipun pisau seharusnya adalah objek mati, penggunaan personifikasi memberikan dimensi emosional yang mendalam pada puisi. Pisau tergeletak di meja makan, menyiratkan keadaan terabaikan dan tidak berguna.

Penyiksaan dan Kesengsaraan: Pisau mengalami kesengsaraan yang mendalam karena tidak digunakan untuk tugasnya yang seharusnya, yaitu memotong dan memasak makanan. Meskipun berharap untuk menemukan penggunaan kembali, pisau tersebut terus tergeletak tanpa peran atau tujuan yang jelas. Siksa lapar dan kehausan pisau tersebut menjadi metafora untuk kekosongan dan keputusasaan.

Simbolisme Sejarah: Puisi ini merujuk pada sejarah pembunuhan pertama dalam kisah manusia, yaitu kisah Qabil dan Habil. Pisau di puisi ini menjadi saksi bisu dari sejarah kekerasan dan kejahatan manusia. Simbolisme ini menggambarkan kesedihan atas siklus kekerasan yang terus berlanjut di dunia.

Bunuh Diri dan Pengelanaan: Pisau menginginkan untuk mengakhiri penderitaannya dengan bunuh diri, namun tidak menemukan cara untuk melakukannya. Keputusasaan pisau tersebut tercermin dalam rasa putus asa yang terus menerus. Pengelanaan baru yang diinginkannya menjadi simbol perjalanan hidup yang terus berlanjut, meskipun diwarnai oleh kesengsaraan.

Tema Kehidupan dan Kematian: Puisi ini mengeksplorasi tema kehidupan, kekosongan, dan kematian. Pisau mengalami perjuangan yang menyedihkan antara harapan dan keputusasaan, mencerminkan perjalanan manusia dalam mencari arti hidup dan mengatasi rintangan yang tak terduga.

Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat, Toto ST Radik berhasil menghadirkan puisi yang menyentuh dan menggugah pemikiran tentang eksistensi manusia dan kehidupan yang penuh dengan penderitaan.

Puisi Toto ST Radik
Puisi: Amsal Sebilah Pisau
Karya: Toto ST Radik
© Sepenuhnya. All rights reserved.