Puisi: Bertemu (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Bertemu" menawarkan pengalaman batin yang menggerakkan dan mengajak pembaca untuk merenungkan arti dan makna kehidupan serta kematian.
Bertemu

Aku berdiri di tepi makam
Suria pagi menyinari tanah,
Merah muda terpandang di mega
Jiwaku mesra tunduk ke bawah
Dalam hasrat bertemu muka,
Melimpah mengalir kandungan rasa.

Dalam kami berhadap-hadapan
Menembus tanah yang tebal,
Kuangkat muka melihat sekitar:
Kuburan berjajar beratus-ratus,
Tanah memerah, rumput merimbun,
Pualam berjanji, kayu berlumut.

Sebagai kilat 'nyinari di kalbu:
Sebanyak itu curahan duka,
Sesering itu pilu menyayat,
Air mata cucur ke bumi.
Wahai adik, berbaju putih
Dalam tanah bukan sendiri!

Dan meniaraplah jiwaku papa
Di kaki Chalik yang esa:
Di depan-Mu dukaku duka dunia,
Sedih kalbuku sedih semesta.
Beta hanya duli di udara
Hanyut mengikut dalam pawana.

Sejuk embun turun ke jiwa
Dan di mata menerang Sinar.

26 April 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:
Puisi "Bertemu" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya yang sarat dengan pengalaman spiritual dan refleksi atas kematian.

Pengalaman Spiritual: Puisi ini membawa pembaca ke sebuah tempat yang khusyuk dan penuh dengan refleksi spiritual. Pengarang berdiri di tepi makam dengan Suria pagi menyinari tanah, menciptakan suasana yang khusyuk dan mendalam.

Kehadiran Makam: Makam menjadi titik fokus dalam puisi ini. Pengarang merenungkan keberadaan berbagai makam di sekelilingnya, melihat ke berbagai arah dan menyadari kerapuhannya sebagai manusia.

Hasrat Bertemu: Ada keinginan yang mendalam untuk bertemu dengan orang-orang yang telah meninggal. Pengarang merasa terhubung dengan mereka di dalam hati dan jiwa, dan merindukan kehadiran mereka.

Duka dan Pilu: Puisi ini mencerminkan rasa duka dan kesedihan yang dalam atas kehilangan orang-orang terkasih. Air mata yang jatuh ke bumi menjadi simbol dari kesedihan yang mendalam.

Ketundukan dan Penerimaan: Pengarang merasa tunduk dan menerima takdir kematian, serta merenungkan kedalaman kesedihan yang dialami oleh orang yang ditinggalkan.

Kesejukan dan Pencerahan: Pada akhirnya, pengarang menemukan ketenangan dan pencerahan dalam embun yang turun ke jiwa dan sinar yang menerangi mata. Ini menunjukkan penerimaan dan kedamaian dalam menghadapi kenyataan kematian dan kehidupan.

Secara keseluruhan, puisi "Bertemu" adalah puisi yang menggambarkan perenungan mendalam tentang kehidupan, kematian, dan spiritualitas. Ini menawarkan pengalaman batin yang menggerakkan dan mengajak pembaca untuk merenungkan arti dan makna kehidupan serta kematian.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Bertemu
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.