Puisi: Busur Cinta Yessika (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Busur Cinta Yessika" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan perasaan dan kepercayaan seseorang yang sedang menunggu cinta sejatinya.
Busur Cinta Yessika
(sebuah sajak yang mungkin saja mengingatkan "pacar senja" Joko Pinurbo)

Kekasih Senja duduk di beranda. Pandang matanya mengarah ke barat. Matahari berkilau dengan emasnya. Ia seakan mendengar kepak sayap dan derap kaki kuda, seseorang pengembara membawa gendewa berpanah asmara. Kekasih Senja masih bersetia dengan keyakinan: Ia akan datang pada satu masa membawa tanda cinta. Begitulah, Kekasih Senja selalu memanjatkan doa dan pengharapannya, membahasakan rindu dan penantiannya dengan sebongkah rasa yang meruah.

"Aku datang, Cinta!" dengan jelas ia mendengar kerisik angin yang menggesek daun-daun waru di belakang rumahnya. Daun-daun waru itu, yang semula penuh dengan debu, bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan seakan melafazkan dzikir. Rimbun daun waru itu lalu menghijau oleh desau dan belaian angin. Angin lalu berbisik dengan kerisiknya yang khas, "Aku membawa warta, masa yang kalian tunggu sedegap rindu telah melesat menuju ke mari. Ia menunggang kuda putih dan di pungungnya tergendong gendewa berbusur cinta."

"Begitukah?" 

Kekasih Senja lalu berdiri dengan gairah. Dadanya terasa sesak oleh harap dan keinginan berdekapan. Matahari telah tenggelam di ufuk keteduhan. Kekasih Senja memasuki ruang pribadinya untuk bersegera melakukan ritual penyambutan. Ia bergegas mandi keramas. Air menderas. Membasuh seluruh tubuh Kekasih Senja. Dari bibir mungilnya lalu terdengar senandung " Aku masih, seperti dahulu. Menunggumu sampai akhir hidupku..." Byur. Byur. Suara air menyiram tubuhnya yang jelita.

Pelan tetapi pasti Kekasih Senja membentangkan sajadah. Telah ia kenakan kelengkapan ritual pemujaan untuk menyambut pengendara kuda bersayap yang menggendong gendewa berbusur cinta. Pelan Kekasih Senja membuka pintu di dadanya. Ia buka pula segala yang bernama jendela. Lalu dengan desah pasrah meluncurlah kidung dan senandung puja-puji yang meluncur dari beranda dadanya. Kekasih Senja seperti sedia kala, bersiap menyambut kehadiran demi kehadiran Sang Pujaan.


Sanggar Kreasi, 24 Februari 2011

Analisis Puisi:
Puisi "Busur Cinta Yessika" karya Dimas Arika Mihardja adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan kepercayaan seseorang yang sedang menunggu cinta sejatinya. Puisi ini menciptakan gambaran tentang pengharapan, penantian, dan ritual penyambutan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita.

Penggambaran "Kekasih Senja": Dalam puisi ini, tokoh utama disebut sebagai "Kekasih Senja," yang mungkin merupakan simbol dari seseorang yang memiliki koneksi khusus dengan senja. Senja sering kali dianggap sebagai waktu yang penuh makna dan romantis, di mana keindahan alam menciptakan suasana yang khusyuk. Kekasih Senja dapat dianggap sebagai orang yang memiliki rasa cinta dan penghargaan yang mendalam terhadap keindahan alam dan cinta.

Simbolisme Matahari: Matahari yang berkilau dengan emasnya di barat adalah gambaran tentang cahaya, kehangatan, dan harapan yang muncul di akhir hari atau akhir penantian. Matahari juga dapat dianggap sebagai simbol kebahagiaan yang akan datang dan membawa perubahan dalam hidup Kekasih Senja.

Simbolisme Kuda Putih dan Gendewa Berbusur Cinta: Kuda putih yang menggendong gendewa berbusur cinta dapat diartikan sebagai perwujudan cinta sejati yang akan datang. Gendewa berbusur cinta adalah simbol cinta yang murni dan kuat. Kuda putih, dalam banyak budaya, sering dianggap sebagai simbol keberanian, kemurnian, dan kebahagiaan. Kombinasi kuda putih dan gendewa berbusur cinta menciptakan gambaran tentang perasaan yang mendalam dan positif yang akan datang dalam hidup Kekasih Senja.

Ritual Penyambutan: Puisi ini menggambarkan ritual penyambutan yang dilakukan oleh Kekasih Senja. Ritual ini mencakup mandi, beribadah, dan persiapan diri untuk menyambut kehadiran cinta sejati. Ini menciptakan gambaran tentang kerendahan hati dan pengharapan yang mendalam dalam menantikan cinta.

Bahasa dan Suasana yang Romantis: Puisi ini menggunakan bahasa yang indah dan romantis untuk menciptakan suasana yang penuh harapan dan kebahagiaan. Kata-kata seperti "kerisik angin yang menggesek daun-daun waru," "suara air menyiram tubuhnya yang jelita," dan "kidung dan senandung puja-puji" menciptakan gambaran yang penuh dengan rasa dan keindahan.

Pesan tentang Pengharapan dan Kepercayaan dalam Cinta: Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya pengharapan, penantian, dan kepercayaan dalam cinta. Kekasih Senja menunjukkan kesetiaan dalam menunggu cinta sejatinya dan bersiap dengan harapan yang tinggi untuk menyambut kehadiran cinta tersebut.

Puisi "Busur Cinta Yessika" menciptakan gambaran yang indah tentang pengharapan, penantian, dan persiapan diri untuk menyambut cinta sejati. Ini adalah puisi yang memancarkan perasaan romantis dan kebahagiaan dalam menantikan kehadiran cinta yang diharapkan.

Puisi: Busur Cinta Yessika
Puisi: Busur Cinta Yessika
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.