Puisi: Indonesia Setengah Tiang (Karya Toto ST Radik)

Puisi "Indonesia Setengah Tiang" karya Toto ST Radik menyoroti kondisi sosial, politik, dan budaya Indonesia, tetapi juga menggambarkan ...
Indonesia Setengah Tiang
Atawa
Igauan-Igauan Burung Alap-Alap


I/ hello, darkness

(ha)

gelap. huruf-huruf tak laku
kata-kata terusir dari sorga
seribu cacing bicara
seribu tuhan menuliskan kiamat

(na)

gelap. kiamat di meja-meja seminar
radio televisi koran berbisik-bisik
sambal terasi dalam plastik
sudah musim keterbukaan

(ca)

gelap. keterbukaan di paha-paha
cinta cuma sepotong roti
indonesia di mana?
diam-diam pemberontakan

(ra)

gelap. pemberontakan mengusung keranda
kredo versus pidato
petani-petani menyanyi indonesia raya
tikus-tikus menyerbu kuburan

(ka)

gelap. kuburan di bawah bulan
pintu-pintu bilang silakan masuk
selamat lebaran, euy
kiamat ditunda dalam pamflet-pamflet

(da)

gelap. pamflet-pamflet tumbuh sajak
mantera-mantera kehilangan tuah
banyak bicara banyak rejeki
siang malam nonton sulapan

(ta)

gelap. sulapan di atas ranjang
harimau mati tinggalkan belang
sepulau emas seperut tak kenyang
manusia mati tinggalkan hutang

(sa)

gelap. hutang nyawa bayar darah
mayat-mayat ditandatangani
matahari bangun kesorean
bebek-bebek menjual mulut

(wa)

gelap. mulut anak-anak penuh televisi
sawah-sawah mampus dalam kenangan
ssst, dilarang berisik
ayah-ibu sedang menggambar peta

(la)

gelap. peta tak selesai-selesai
mustahil dimengerti pada sehelai saputangan
belantara ini bukan taman
heh, tuan rupanya tuhan

gelap.

1994



II: chaos


(a)

malam-malam gulita rumah-rumah terbakar
langit menelan suara-suara
logam panas menusuki perut-perut lapar
kebenaran bergoyang-goyang dalam belanga

(b)

belanga pecah darah jelaga
cinta menjelma mataair airmata
clurit dan gergaji berkelebat
tuhan tersayat di ayat-ayat

(c)

ayat-ayat membeku dalam kulkas
keranda berjatuhan di subuh sunyi
sepotong daging menangisi bulan emas
ulama-ulama berdzikir kursi kursi kursi

(d)

kursi-kursi ialah panglima
bunga-bunga terkapar di trotoar
merkuri menikam perih fajar
ketawa tak sampai sorga

(e)

sorga mengirim cuka bagi luka
katak-katak sembunyi dalam kotak-kotak
tandatangan memerintah dunia
bulan dan matahari kehilangan jejak

(f)

jejak pengembara di gunung-gunung
kanak-kanak mengerang dalam tempurung
24 jam nonton televisi
beribu debu menuliskan puisi

(g)

puisi terang puisi gelap
mata kiri mata kanan
sebuah dunia telah lengkap
angina mati di atas kuburan

(h)

kuburan-kuburan bertenggelaman
kota-kota tumbuh dalam kecemasan
manusia pecah beribu kepingan
si penjaja berteriak: pertumbuhan!

(i)

pertumbuhan! pertumbuhan
akar rumput tak tersentuh fajar
sungai terkulai sebelum lautan
ulat-ulat mengganyang mawar

(j)

mawar berlari dari stasiun ke stasiun
kereta telah jauh berangkat
surat-surat tak menemu alamat
hujan menari-nari menggendong racun

(k)

racun-racun bersarang di pucuk lidah
hidup dipukau kesaktian uang
filsafat di atas filsafat di bawah
semesta berhenti di basah ranjang

(l)

ranjang emas kiblat pengantin
ikan asin ditendang dari dapur
nuklir meledak bunda tersungkur
bayi-bayi gemuk asuhan mesin

(m)

mesin dan ular bersetubuh
petani menangis di punggung kerbau
sungai rohani betapa keruh
nasib bengis berpupur cahaya kemilau

(n)

kemilau pisau mengekalkan kabut dukacita
topeng-topeng di antara karangan bunga
almanak menua di dinding-dinding gua
tiba-tiba dunia terasa sangat sia-sia

(o)

sia-sia menyusun abjad
terik kemarau menghanguskan alifbata
kitabsuci tinggal jasad
abad yang takut abad yang celaka

(p)

celaka tigabelas!
nurani menggelepar dalam jala
dalang mabuk membanting gelas-gelas
wayang-wayang mainkan bendera

(q)

bendera kibar-kibar setengah tiang
langit mendung hantu-hantu gentayangan
gonggong anjing sepanjang dendang
kulit belang mengancam kemerdekaan

(r)

kemerdekaan tikam menikam
hari-hari berlari sempoyongan
masa depan bayang-bayang kelam
anak-anak zaman dikunyah iklan

(s)

iklan-iklan meradang menerjang
gula sebutir berjuta semut
tipu-daya kebijaksanaan pintu belakang
lipan-lipan dalam selimut

(t)

selimut tebal rahasia kekal
gerimis pagi mengusir matahari
telepon mengirim cinta dan ajal
koran-koran sunyi meditasi

(u)

meditasi di tepi jendela
mainan plastik seliweran dalam taman
cendikiawan bergegas ke awan-awan
jejak sepatu membiru di payudara bunda

(v)

bunda meregang nyawa lalu membatu
meja sejarah menggelinding dadu-dadu
super market belanja manusia
malin kundang menggunting pita

(w)

pita mewarnai menghias peti mati
pilu tangis di dasar sumur
sepuluh malaikat turun ke bumi
seratus makelar menawarkan kubur

(x)

kubur nenek moyang mencari peta
rambu-rambu berubah tak sampai sedetik
cuaca ditulis antara paha dan dada
tanah lapang memanggil-manggil pabrik

(y)

pabrik-pabrik menyihir padi jadi kerikil
saputangan putih rindu kecup kekasih
cinta mengerang diburu pikiran dekil
cakrawala mengelabu di sajak-sajak letih

(z)

letih aku perih aku si burung alap-alap
terbang malam-malam mengigaukan alamat-alamat kelam
maka berilah fajar abadi meski diam-diam
kekasih, bersamamu aku ingin tidur lelap

1994


III: paradise lost

(1)

tetapi aku burung alap-alap yang terkutuk
kematian yang kuminta tak kunjung tiba
nyanyianku selalu berujung alamat buruk
sampai habis manusia sampai habis nama

(2)

nama-nama memahat diri di batu sejarah
pidato dan kredo berhamburan membunuh bahasa
hari-hari melulu luka membanjir darah
nyeri penyair nyeri dunia

(3)

dunia hanya lalulintas tipu-daya
kartu domino berserakan di bawah tilam
merah-kuning-hijau di langit yang hitam
mewakili siapa wahai diwakili siapa

(4)

siapa mencari disergap sunyi
siapa melidah dihadiahi ludah
siapa menjadi ditikam belati
siapa mewajah dihujani amarah

(5)

amarah qabil membantai habil
burung gagak menggali kuburan
beribu tahun ditundukkan nafsu jahil
104 kitab-suci busuk oleh pengkhianatan

(6)

pengkhianatan di tiap ruang di tiap waktu
do’a-do’a ditukar bedak ditukar gincu
kebenaran menjadi perkara kosmetika
kekerasan menjadi metode menjadi berhala

(7)

berhala-berhala menawarkan tahta
pisau lipat berbaris upacara minta nyawa
tangan pilatus mengetuk semua pintu
rumah-rumah menggigil dikepung hantu-hantu

(8)

hantu-hantu memburu hingga taman firdaus
sungai susu ditimbuni sperma kimia
nabi-nabi mengerang diganyang virus
sekutu-seteru tak jelas rupa dan warna

(9)

warna pelangi kehilangan arti
peradaban berhenti di titik nol
tanah harapan lima rupiah ganti rugi
27 juta dhuafa njomplang dalam botol

(10)

botol-botol celaka dikemas dijajakan
para pewarta dikalungi bom waktu
kemerdekaan sujud mencium kaki ketakutan
genangan airmata iktikaf di jantung batu

(11)

batu-batu menggelinding bersama ular berbisa
malapetaka menghadang di tikungan jalan
kemanusiaan dipamerkan dalam etalase kaca
televisi menyihir agama jadi hiburan

(12)

hiburan mengusir renungan mengundang ranjang
tanpa salam kecoa-kecoa menari di jasad wirid
pasal-pasal kematian plesetan ramalan bintang
malam ganjil malam ganjil mencari-cari masjid

(13)

masjid-masjid mengungsi ke mega-mall ke taman-taman
takbir diarak tuhan dikunci dalam peti kemas
detik-detik emas peristiwa-peristiwa cemas
selamat merdeka! selamatkan kemerdekaan!

1995


IV: paradise lost, 2

(1)

sorak-sorak bergembira
sudah bebas negeri kita
hantu-hantu berkeliaran bergentayangan
lipstik dan peluru adalah kekuasaan

(2)

kekuasaan mengusir malaikat
dupa dan keris menjaga pintu-pintu
bibir penuh lender hati penuh ulat
airmata meruncingkan potongan bambu

(3)

bambu dan batu berlari-lari di jalan
bunga kamboja memesan kematian
darah mengucur dari album keluarga
seribu orang hilang dalam celana

(4)

celana monyet untuk pergi kenduri
buku tamu di ketiak panitia
kanak-kanak tertawa geli
ayah-ibu main gundu selusin warna

(5)

warna bendara hanya dagangan
patung-patung tanpa kepala naik panggung
berjuta mikropon meneriakkan persahabatan
ular dan tikus selingkuh di belakang punggung

(6)

punggung bolong di dahan pohon
telepon berdering setiap malam
kota-kota terbakar lemparan mercon
nabi-nabi menangis di dalam makam

(7)

makam keramat di langit tinggi
bidadari mabuk minuman keras
seribu mulut memburu kursi
Tuhan ditukar sekarung beras

(8)

Beras ditimbun di gudang-gudang
komputer menghitung gunung dolar
televisi menyanyi pinggul bergoyang
petani terkapar diganyang lapar

(9)

lapar menetes menjadi api jadi darah
meja dan sepatu mencuci diri dengan sabun
anjing menggonggong kafilah meludah
bunda membusuk di pangkuan dukun

(10)

dukun-dukun menyebar teluh
bunga-bunga gugur diterjang celeng
menjaringi ikan di laut keruh
dalang tertawa di balik topeng

(11)

topeng putih topeng hitam
teka-teki silang di buku sejarah
bulan dicincang matahari dirajam
negeri yang ramah o negeri amarah

(12)

amarah bumi bertumbuk angkara langit
pelanduk mati di selangkang gajah
hutang tak terbayar negara pailit
orang-orang terkapar di bangkai sawah

(13)

sawah dijarah kerbau mengamuk
gunung berapi meledak di jalan raya
cinta palsu bersekutu akal busuk
sorga binasa neraka menjelma

1997

V: terra incognita

(pa)

rawe-rawe rantas malang-malang putung
rupiah ambruk di meja judi
badut-badut berkawan bandit-bandit
para pencoleng berlagak di televisi

(da)

televisi mabuk cinta benua seberang
kanak-kanak menggelepar busung lapar
ali-baba ramai-ramai buka warung
empat mahasiswa terkapar di jakarta

(ja)

jakarta hangus dimakan api
ribuan nyawa lenyap dalam sehari
horor dan teror filsafat kekuasaan
ayam dan anjing sembunyi di pantat raja

(ya)

raja tua kapok jadi presiden
tinja berceceran di gedung-gedung
pohon beringin kehilangan keramat
para pelacur memborong jubah pendeta

(nya)

pendeta dan ulama gulung celana
seratus partai memburu tandatangan
kecoak-kecoak memburu harimau
buku sejarah digenangi darah

(ma)

darah mengalir dari pulau ke pulau
peluru berdesingan clurit berkelebatan
sirkus binatang panggung ketoprak
hukum rimba undang-undang gila

(ga)

gila harta gila kuasa
kursi butut menindih agama
bayi-bayi menghunus golok
ibu dan ayah membakar kemenyan

(ba)

kemenyan mengepul di ruang sidang
siang malam adu domba
dulu petrus sekarang ninja
dalang terbahak-bahak di kamar mandi

(ta)

mandi kembang tujuh rupa
mulut lebar bau abab
kura-kura dalam sepatu
perahu berlayar tanpa peta

(nga)

peta meledak seratus serpihan
bunda menangis di bukit tengkorak
gergasi bermunculan dari comberan
selamat datang di negeri sinting dan barbar!


1998

Analisis Puisi:
Puisi "Indonesia Setengah Tiang Atawa Igauan-Igauan Burung Alap-Alap" karya Toto ST Radik adalah sebuah karya sastra yang sangat berdimensi. Puisi ini tidak hanya menyoroti kondisi sosial, politik, dan budaya Indonesia, tetapi juga menggambarkan keruwetan, perpecahan, dan kekacauan yang menghiasi keseharian.

Puisi ini terdiri dari lima bagian (judul besar) yang masing-masing terasa kuat dan bermakna.

Bagian I: Hello, Darkness

Bagian pertama menggambarkan kegelapan, kontradiksi, dan ketidakpastian yang ada di tengah masyarakat. Penggambaran "gelap" berperan sebagai metafora akan keadaan yang penuh ketidakjelasan, distorsi nilai, serta pemahaman yang kabur akan situasi sekitar.

Bagian II: Chaos

Bagian kedua menunjukkan kekacauan yang semakin membesar. Ia mencakup sejumlah gambaran seputar kekerasan, terpecahnya prinsip moral, kebingungan nilai-nilai, dan kesulitan dalam mencari kebenaran yang hakiki.

Bagian III: Paradise Lost

Bagian ketiga melukiskan ketidakstabilan, pertumpahan darah, dan perpecahan dalam masyarakat yang secara simbolis menggambarkan kehilangan surga atau keadaan ideal dalam kehidupan sosial.

Bagian IV: Paradise Lost, 2

Pada bagian keempat, kesulitan mendapatkan kedamaian, kesengsaraan, dan kekacauan masyarakat terus ditampilkan. Puisi ini menunjukkan kemunduran dari situasi yang seharusnya maju.

Bagian V: Terra Incognita

Bagian kelima merupakan serangkaian narasi yang menyoroti berbagai kebingungan, keruwetan, dan kekacauan di ranah politik, sosial, dan kemanusiaan.

Gaya Penulisan

Puisi ini menggunakan metafora, simbol, serta diksi yang kuat dan terkadang ambigu. Gaya penggambaran dan penyampaian terkesan kacau dan penuh gejolak, mencerminkan keadaan yang diilustrasikan.

Puisi "Indonesia Setengah Tiang Atawa Igauan-Igauan Burung Alap-Alap" secara keseluruhan memberikan suatu gambaran tentang berbagai masalah, kebingungan, dan kekacauan yang hadir dalam masyarakat Indonesia. Puisi ini mengingatkan pembaca akan kompleksitas masyarakat, ketidakpastian, kegelapan, serta kehancuran nilai-nilai. Toto ST Radik melalui puisinya menyampaikan pesan kritis tentang keadaan sosial dan politik di Indonesia, dengan penggambaran yang intens dan cenderung gelap.

Puisi ini memberi nuansa pergulatan yang kuat terhadap identitas, kontradiksi, dan krisis yang dialami masyarakat Indonesia. Ia menciptakan kesan terhadap kemerosotan yang terus berlanjut dan kebingungan dalam meraih kesempurnaan.

Keindahan dari puisi ini terletak pada kemampuannya untuk merangkai kata-kata yang kuat dan menggugah, serta menyuguhkan kritik sosial yang dalam terhadap keadaan yang ada di masyarakat.

Puisi: Indonesia Setengah Tiang
Puisi: Indonesia Setengah Tiang
Karya: Toto ST Radik
© Sepenuhnya. All rights reserved.