Puisi: Mawar Hitam (Karya Iwan Simatupang)

Puisi "Mawar Hitam" karya Iwan Simatupang merenungkan perubahan dalam hubungan antara dua orang dan perasaan yang berubah di dalamnya.
Mawar Hitam

Kalau kita berjumpa lagi, Contance
Jangan coba meyakinkan aku kembali
bahwa puisi bagiku adalah juga
tubuh telanjangmu berwarna gading itu

Telah kuputuskan untuk membongkar kembali
hutan-hutan kembang kertas yang kita awasi bersama
Karena suatu kutuk warna merah jambu
Telah hinggap di jantungku, membuatnya segitiga.

Bayang-bayang kuning yang selama ini suka datang
menyembul dari lorong-lorong ingatan 1/4 jadi 
Telah datang menjulurkan tangan-tangan berjari tiga
Ingin meremas mawar hitam yang kusuntingkan di rambutmu.

Kita tidak akan berjumpa lagi, Constance
Hutan-hutan itu telah menjadi danau air asin
Tengkorak-tengkorak dari kenangan tak lengkap 
Menarikan suatu pesan, mantap bagai gada

Sebaiknya kau tetap dipantai sana, Constance
Aku disini.
mungkin puisi yang kita sama-sama cari itu
adalah justru kengangaan ini.

Bertarung, bercakar, siap menelan kita.

RS Cikini, 25 Juni 1967

Sumber: Ziarah Malam (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Mawar Hitam" karya Iwan Simatupang adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran perasaan, kenangan, dan perubahan dalam hubungan antara dua orang yang pernah dekat.

Tema Perubahan dalam Hubungan: Puisi ini mencerminkan perubahan yang terjadi dalam hubungan antara pembicara (yang mungkin adalah pribadi penyair atau karakter fiksi) dan Constance. Awalnya, hubungan ini terkait dengan puisi dan kenikmatan estetika, yang digambarkan oleh metafora "tubuh telanjangmu berwarna gading itu." Namun, perubahan dalam perasaan dan perspektif pembicara, yang ditandai oleh munculnya "kutuk warna merah jambu" dalam jiwanya, mengubah dinamika hubungan tersebut.

Simbol Mawar Hitam: Mawar hitam adalah simbol sentral dalam puisi ini. Mawar hitam mewakili perubahan dalam hubungan, karena awalnya mawar itu disunting di rambut Constance, tetapi kemudian pembicara ingin "meremas" atau menghancurkannya. Mawar hitam juga bisa menjadi simbol perasaan yang kompleks, seperti duka, konflik, atau ketidakpuasan yang mungkin dialami pembicara.

Kenangan dan Nostalgia: Pembicara merenungkan kenangan yang mereka bagikan bersama-sama, terutama saat mereka "awasi bersama hutan-hutan kembang kertas." Ada rasa nostalgia dalam pemikiran ini, dan pembicara mungkin berusaha untuk menghadirkan kembali kenangan tersebut. Namun, kenangan ini tampaknya diganggu oleh "kutuk warna merah jambu," yang mewakili perasaan yang berubah dalam hubungan.

Pemutusan Hubungan: Puisi ini mencapai puncaknya dalam pemutusan hubungan antara pembicara dan Constance. Pembicara menyatakan bahwa mereka "tidak akan berjumpa lagi" dan menyiratkan bahwa hubungan itu telah berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Ini mungkin mencerminkan perasaan ketidakpuasan atau bahkan konflik yang tak teratasi dalam hubungan tersebut.

Gaya Bahasa dan Imajinatif: Penyair menggunakan bahasa metaforis dan imajinatif untuk menciptakan gambaran yang kuat. Pemakaian "hutan-hutan kembang kertas" dan "mawar hitam yang kusuntingkan di rambutmu" adalah contoh penggunaan bahasa kreatif untuk menggambarkan perasaan dan perubahan dalam hubungan.

Tidak Ada Jawaban yang Pasti: Puisi ini berakhir dengan sebuah pertanyaan retoris yang menggambarkan perasaan ketidakpastian. Pembicara merenungkan kemungkinan bahwa "puisi yang kita sama-sama cari itu adalah justru kengangaan ini." Ini bisa mencerminkan pengakuan bahwa tidak selalu ada jawaban pasti atau pemahaman yang mendalam dalam hubungan antarmanusia, terutama ketika hubungan itu mengalami perubahan yang signifikan.

Puisi "Mawar Hitam" adalah penggambaran yang kompleks tentang perubahan dalam hubungan antara dua orang dan perasaan yang berubah di dalamnya. Dengan menggunakan simbolisme dan bahasa yang kuat, penyair menciptakan puisi yang memprovokasi pemikiran tentang kompleksitas hubungan manusia.

Iwan Simatupang
Puisi: Mawar Hitam
Karya: Iwan Simatupang

Biodata Iwan Simatupang:
  • Iwan Simatupang (Iwan Maratua Dongan Simatupang) lahir pada tanggal 18 Januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara.
  • Iwan Simatupang meninggal dunia pada tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.