Sumber: Tebaran Mega (1935)
Analisis Puisi:
Puisi "Menyambut Hidup" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah penghormatan terhadap kehidupan dan anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Puisi ini penuh dengan rasa syukur dan kegembiraan atas keindahan dunia serta kesempatan untuk hidup dan menikmati segala keajaibannya. Melalui bahasa yang penuh dengan ungkapan syukur dan deskripsi alam yang indah, Alisjahbana mengajak pembaca untuk merayakan hidup dan menikmati setiap momennya.
Tema
Tema utama dari puisi ini adalah rasa syukur dan penghargaan terhadap kehidupan. Penyair mengekspresikan kekaguman dan terima kasih atas anugerah hidup yang diberikan oleh Tuhan, dengan menyoroti keindahan alam dan nikmat yang bisa dinikmati setiap hari. Ada juga tema kebahagiaan yang muncul dari menjalani hidup dengan penuh semangat dan sukacita.
Struktur
Puisi ini terdiri dari enam bait dengan panjang yang berbeda, tetapi semuanya terhubung dalam satu alur pemikiran yang koheren. Struktur ini mencerminkan perjalanan pemikiran penyair dari pengakuan dan rasa syukur atas anugerah Tuhan hingga keputusan untuk menjalani hidup dengan penuh kegembiraan dan penghargaan.
Gaya Bahasa
Sutan Takdir Alisjahbana menggunakan berbagai perangkat gaya bahasa yang memperkaya puisi ini, antara lain:
- Apostrof: Penyair berbicara langsung kepada Tuhan dengan frasa seperti "Ya Allah, ya Rabbani," yang memberikan nuansa dialogis dan intim dalam puisi ini.
- Metafora dan Simbolisme: Alam dan keindahannya digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan rahmat dan nikmat Tuhan. Misalnya, "bintang berkelip cahaya di langit malam" dan "kembang mengorak kuncup di padang sinar" adalah simbol dari keindahan dan anugerah kehidupan.
- Personifikasi: Alam dipersonifikasikan dengan ungkapan seperti "kembang mengorak kuncup" dan "unggas bernyanyi di dahan berbuai," memberikan karakter hidup pada elemen-elemen alam dan menekankan betapa hidupnya dunia yang diberikan Tuhan.
- Kontras: Kontras antara siang dan malam digunakan untuk menggambarkan dua aspek kehidupan: aktivitas dan istirahat. Siang diibaratkan sebagai waktu untuk bermain dan menikmati hidup, sementara malam adalah waktu untuk beristirahat dalam kedamaian.
Makna dan Simbolisme
- Kebesaran Tuhan: Puisi ini dimulai dengan pengakuan akan kebesaran Tuhan dan anugerah-Nya, menunjukkan rasa syukur yang mendalam dari penyair.
- Keindahan Alam: Deskripsi alam yang indah seperti bintang, kembang, dan unggas menggambarkan keajaiban dunia yang disediakan oleh Tuhan sebagai anugerah bagi manusia.
- Hidup dan Waktu: Siang dan malam digunakan sebagai simbol dari siklus hidup, di mana siang melambangkan aktivitas dan keceriaan, sementara malam melambangkan kedamaian dan istirahat.
- Penghargaan dan Syukur: Penyair menekankan bahwa menolak rahmat dan nikmat Tuhan adalah tidak mungkin, mengindikasikan bahwa kehidupan ini harus diterima dan dihargai dengan penuh syukur.
Puisi "Menyambut Hidup" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya yang merayakan anugerah hidup dan keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan penuh rasa syukur, penyair menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai dan merayakan setiap momen kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk bersyukur atas rahmat dan nikmat yang diberikan, serta menikmati kehidupan dengan penuh semangat dan kegembiraan. Sutan Takdir Alisjahbana berhasil menggambarkan keindahan hidup dan pentingnya rasa syukur dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
- Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
- Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
- Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.