Puisi: Nawang Wulan (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Nawang Wulan" karya Subagio Sastrowardoyo memadukan unsur-unsur keagamaan, keindahan alam, dan perenungan mendalam.
Nawang Wulan
(Yang Melindungi Bumi dan Padi)

Jangan bicara denganku dengan bahasa dunia
Aku dari sorga
Jangan sentuh tubuhku dengan tubuh berdosa
Aku dari sorga

Sambut aku dengan bunga
Itu darah dari duka dan cinta
Bunga buat bayi yang baru lahir dari rahim ibu
Bunga buat kekasih yang manis merindu
Bunga buat maut yang diam menunggu

Tapi jaga anak yang menangis tengah malam minta susu
Tapi jaga ladang yang baru sehari digaru
Anak minta ditimang
Ladang minta digenang
Lalu panggil aku turun di teratakmu

Dengan bunga. Itu darah yang mengalir
dari duka dan cinta.

Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Nawang Wulan" karya Subagio Sastrowardoyo adalah karya sastra yang memadukan unsur-unsur keagamaan, keindahan alam, dan perenungan mendalam. Dalam puisi ini, penulis menciptakan narasi yang memadukan konsep keagamaan dengan elemen-elemen alam, emosi, dan kehidupan sehari-hari.

Dualitas Dunia dan Surga: Puisi ini menggambarkan perasaan dualitas antara dunia (dunia fisik) dan surga (dunia spiritual). Narator atau subjek puisi ini menyatakan bahwa dia berasal dari surga, menunjukkan keterhubungannya dengan yang ilahi. Dia mengecam percakapan dan sentuhan yang duniawi dan berdosa, menunjukkan usahanya untuk menjaga kesucian dan ketulusan dirinya yang memiliki akar spiritual.

Bahasa Metafora: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini penuh dengan metafora. Bunga digunakan sebagai metafora untuk pengaliran emosi dan perasaan manusia. Mereka juga dapat melambangkan kehidupan, kematian, dan cinta. Kontras antara bunga sebagai darah yang mengalir dari duka dan cinta menunjukkan kompleksitas perasaan manusia.

Kontras Emosi: Puisi ini menciptakan kontras yang tajam antara emosi dan perasaan yang berbeda. Ada elemen-elemen kesedihan dan kehilangan dalam bahasa puisi ini, seperti anak yang menangis tengah malam dan ladang yang baru digaru. Namun, ada juga elemen kebahagiaan dan harapan yang diwakili oleh bunga dan kemungkinan panggilan dari yang ilahi.

Sentuhan Manusia dengan Yang Ilahi: Puisi ini menciptakan konsep sentuhan manusia dengan yang ilahi melalui simbolisme bunga. Panggilan untuk menjaga anak dan ladang, lalu memanggil entitas yang lebih tinggi, menunjukkan hubungan yang erat antara alam, manusia, dan yang spiritual.

Puisi "Nawang Wulan" adalah karya yang memadukan elemen-elemen keagamaan, alam, emosi, dan kehidupan sehari-hari. Dalam puisi ini, penulis menciptakan narasi yang memungkinkan pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan yang ilahi, kehidupan sehari-hari, dan kompleksitas perasaan manusia.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Nawang Wulan
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.