Sumber: Hari dan Hara (1982)
Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan yang Berumah di Tepi Pantai" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehampaan dan rindu, serta menyelipkan elemen-elemen kehidupan sehari-hari.
Gambaran Ruangan dan Tempat: Puisi ini dibuka dengan gambaran ruangan kosong dan suasana tepi pantai. Pemilihan elemen-elemen seperti bunga di jendela, kursi, dan lampu di kamar memberikan suasana yang kaya akan detail dan melibatkan pembaca dalam suasana sekitar.
Penekanan Pada Kehampaan: Penyair menekankan kehampaan melalui deskripsi rumah yang kosong, lonceng mati di angka tiga, dan hiasan dinding tanpa guna. Hal ini menciptakan suasana yang hening dan mencolokkan kekosongan yang dirasakan oleh tokoh dalam puisi.
Rindu dan Tunggu: Puisi ini merinci tunggu dan rindu tokoh terhadap seseorang yang diharapkan datang. Kecemasan dan kerinduan ini tercermin dalam larik-larik yang menggambarkan kekosongan rumah yang menanti kedatangan seseorang.
Simbolisme Lampu dan Lonceng: Lampu yang tetap menyala dan lonceng yang mati pada angka tiga membawa simbolisme yang mendalam. Lampu yang tetap menyala mungkin merujuk pada harapan yang terus bersinar, sementara lonceng yang mati di angka tiga bisa menjadi tanda kehilangan atau keputusasaan.
Kemanusiaan yang Meminta Saksi: Penyair menyoroti kebutuhan kemanusiaan untuk memiliki saksi. Lonceng bergoyang sebelum mati menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan yang ingin dinikmati dan diakui oleh orang lain.
Drama Dalam Diam: Puisi ini menciptakan suasana drama yang kuat meskipun dalam diam. Pembaca dapat merasakan kegusaran dan kerinduan tokoh melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat.
Ekspresi Emosi dan Harapan: Penyair menyampaikan ekspresi emosi dan harapan tokoh dengan penuh intensitas. Pemilihan kata-kata yang berkuasa menciptakan atmosfer yang membuat pembaca dapat merasakan emosi tokoh secara mendalam.
Pertemuan yang Diidamkan: Puisi mencapai puncaknya dengan gambaran tokoh yang mengharapkan pertemuan dengan seseorang. Permintaan agar tamu datang dan penggambaran situasi perjumpaan yang diidamkan memberikan dimensi romantisme dan emosional.
Puisi "Perempuan yang Berumah di Tepi Pantai" adalah karya yang penuh dengan simbolisme, emosi, dan gambaran yang mendalam. Dengan menggambarkan kehampaan, rindu, dan harapan, Subagio Sastrowardoyo menciptakan puisi yang memukau dan membius pembaca ke dalam dunia emosional tokoh yang dirindukannya.
Karya: Subagio Sastrowardoyo
Biodata Subagio Sastrowardoyo:
- Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
- Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.