Puisi: Purwokerto (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Purwokerto" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah puisi pendek yang mencerminkan gambaran dari kota Purwokerto, kemungkinan dengan sentuhan ....
Purwokerto


masih risik belalang, lampu-lampu merkuri
suaramu menembus lengang pagi
serasa mendekam kabut dinihari
serasa kugenggam: gabaklah hati!


1973

Sumber: Horison (November, 1974)

Catatan:
Puisi ini juga bisa dijumpai di buku Rumah Panggung (1988).

Analisis Puisi:
Puisi "Purwokerto" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah puisi pendek yang mencerminkan gambaran dari kota Purwokerto, kemungkinan dengan sentuhan nostalgia atau kesan pribadi dari penyair. Meskipun puisi ini hanya terdiri dari beberapa baris, namun memiliki makna yang dalam dan membangkitkan imaji yang kuat. Berikut adalah analisis lebih mendalam tentang puisi ini:

Gambaran Kota Purwokerto: Puisi ini memberikan gambaran tentang kota Purwokerto, dengan beberapa elemen yang menandai kehadirannya. "Masih risik belalang" menggambarkan suasana pedesaan atau perdesaan yang masih kental, dan "lampu-lampu merkuri" mencerminkan penerangan lampu jalan yang khas di banyak kota di Indonesia. Gambaran ini menciptakan suasana yang khas dan spesifik, menunjukkan bahwa puisi ini berkaitan dengan tempat yang spesifik.

Suara dan Pagi di Purwokerto: Puisi ini mencerminkan suasana pagi di Purwokerto dengan penuh imaji. "Suaramu menembus lengang pagi" menunjukkan kejernihan suara seseorang atau sesuatu yang menembus keheningan pagi. Ini bisa berarti suara seseorang yang menyapa atau mungkin suara alam, seperti suara burung atau angin. Hal ini menciptakan suasana yang tenang dan damai pada awal hari di kota tersebut.

Nostalgia dan Kabut Dinihari: Puisi ini juga membawa sentuhan nostalgia dan kesan pribadi dengan kalimat "serasa mendekam kabut dinihari." Kabut dinihari menciptakan suasana misterius dan berembun, yang dapat merujuk pada suasana hati penyair yang tengah merenung atau berada dalam kondisi introspeksi. Kabut juga mencerminkan ketidakjelasan atau kebingungan yang mungkin dirasakan oleh penyair.

Pesan Filosofis: Baris terakhir puisi "serasa kugenggam: gabaklah hati!" memiliki pesan filosofis yang kuat. "Gabaklah hati" bisa diartikan sebagai menggenggam atau menahan hati, menemui kegundahan atau kegelisahan. Pesan ini bisa mengandung makna bahwa dalam momen keheningan atau introspeksi, penyair menemukan kekuatan atau keteguhan hati untuk menghadapi perasaan dan pikirannya.

Puisi "Purwokerto" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah puisi pendek yang menggambarkan gambaran kota Purwokerto dan suasana pagi di sana. Puisi ini menghadirkan suasana tenang dan misterius dengan sentuhan nostalgia dan pesan filosofis tentang keteguhan hati. Dengan penggunaan kata-kata yang sederhana, puisi ini berhasil menciptakan imaji yang kuat dan memberikan kesan personal yang dalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan memahami perasaan dan pandangan penyair terhadap tempatnya.

Linus Suryadi AG
Puisi: Purwokerto
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.