Puisi: Sabtu Legi 30 April 1983 (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Sabtu Legi 30 April 1983" karya Linus Suryadi AG mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan kematian, serta hubungan antara roh ...
Sabtu Legi 30 April 1983

Tubuh terbujur tenang
Mata tertutup rapat
Tangan ngapu rancang
Diam, muka pun pucat

Tiada gelagat sadar
Tiada isyarat gerak
Daya hidup pun pudar
2  jagad hilang jarak

"Aku berlutut, sayang
Di pusat ubun-ubunmu
Kenapa kantuk datang
Menyedotku, menyedotku?"

Asal bumi balik bumi
Asal Bayang balik Bayang
Bagaikan tatit kumedhap - lap -
Atman oncat dari badan.


Catatan:
Oncat: meninggalkan seketika.

Sumber: Kembang Tanjung (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Sabtu Legi 30 April 1983" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah meditasi yang dalam tentang kematian dan eksistensi manusia. Dengan bahasa yang sederhana namun puitis, penyair menggambarkan momen-momen terakhir seseorang dengan kedalaman emosi yang menggetarkan.

Pemandangan Kematian: Di bait pertama, penyair mengekspresikan gambaran yang kental akan kematian. Tubuh yang terbujur tenang, mata yang tertutup rapat, dan tangan yang terentang ngapu rancang menggambarkan sosok yang sudah tiada. Puisi menciptakan suasana kesunyian dan ketenangan di sekitar momen terakhir ini.

Kehilangan dan Keterpisahan: Dengan menggunakan bahasa yang kuat, penyair menyampaikan kehilangan dan keterpisahan yang mendalam. Ketidaksadaran dan kehilangan daya hidup menggambarkan pemisahan yang tak terelakkan antara kehidupan dan kematian, antara dunia manusia dan dunia roh.

Pertanyaan yang Menggugah: Di bait ketiga, penyair menggambarkan sosok yang tengah berlutut di depan orang yang meninggal. Pertanyaan yang dilontarkan, "Kenapa kantuk datang, menyedotku, menyedotku?" menciptakan pertanyaan yang menggugah tentang makna kematian dan kenapa ia harus datang.

Kembali ke Asal: Di bait terakhir, penyair menggunakan bahasa metaforis untuk merujuk pada konsep reinkarnasi atau pemahaman filosofis tentang keberadaan. Konsep "Asal bumi balik bumi, Asal Bayang balik Bayang" menggambarkan siklus kehidupan yang tak berujung.

Pemisahan Roh dan Tubuh: Penutup puisi menggambarkan pemisahan roh dari tubuh, sebuah momen transenden di mana Atman (jiwa) terpisah dari badan. Hal ini menciptakan citra keabadian jiwa dan ketidakberujungan tubuh manusia.

Dengan kesederhanaan kata-kata, puisi "Sabtu Legi 30 April 1983" menghadirkan pemahaman yang dalam tentang kematian, kehilangan, dan eksistensi manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan kematian, serta hubungan antara roh dan tubuh dalam perjalanan eksistensi manusia.

Linus Suryadi AG
Puisi: Sabtu Legi 30 April 1983
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.