Tanah Air Mata
tanah air mata tanah tumpah dukaku mata air airmata kami airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang dan udara luas menunggu namun kalian takkan bisa menyingkir ke manapun melangkah kalian pijak airmata kami ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata.
1991
Analisis Puisi: Puisi "Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan rasa sakit, penderitaan, dan perjuangan bangsa yang tercermin dalam air mata dan tanah air.
Metafora Tanah Air: Dalam puisi ini, tanah air digambarkan sebagai entitas yang memiliki perasaan dan emosi, mampu menangis melalui air mata yang mengalir dari mata airnya. Hal ini menciptakan personifikasi yang kuat terhadap tanah air, sehingga menunjukkan rasa cinta dan keterikatan yang mendalam antara manusia dan tanah airnya.
Airmata sebagai Simbol Penderitaan: Air mata yang mengalir melalui mata air menjadi simbol penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh bangsa ini. Puisi ini menggambarkan bahwa air mata ini tak bisa disembunyikan atau dihindari, dan mereka merembes ke dalam segala aspek kehidupan.
Perjuangan yang Tidak Terlihat: Penyair menyoroti bagaimana perjuangan dan derita bangsa seringkali tersembunyi di balik keindahan dan kemegahan negara. Gedung-gedung megah dan etalase mewah hanya mampu menyembunyikan penderitaan yang nyata yang dialami oleh banyak orang.
Keberadaan yang Tak Terpisahkan: Puisi ini menggambarkan bahwa bangsa dan tanah air tak terpisahkan. Baik melalui langkah di atas tanah, pelayaran di laut, maupun penerbangan di udara, bangsa ini selalu terhubung dengan tanah airnya, yang senantiasa mengekspresikan penderitaannya melalui air mata.
Kepungan Airmata: Penyair menekankan bahwa tanah air dan air mata tak dapat dihindari. Kepungan air mata dan penderitaan telah mengelilingi bangsa ini, dan tak ada tempat yang bisa terhindar darinya.
Puisi "Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang merangkul perasaan penderitaan dan perjuangan tanah air. Melalui metafora air mata dan tanah air yang berbicara, penyair menyuarakan pentingnya mengenali dan memahami kesengsaraan yang dialami oleh bangsa, serta tidak menutup mata terhadap realitas tersebut. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya empati dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain dalam negeri. Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri:- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
Analisis Puisi:
Puisi "Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan rasa sakit, penderitaan, dan perjuangan bangsa yang tercermin dalam air mata dan tanah air.
Metafora Tanah Air: Dalam puisi ini, tanah air digambarkan sebagai entitas yang memiliki perasaan dan emosi, mampu menangis melalui air mata yang mengalir dari mata airnya. Hal ini menciptakan personifikasi yang kuat terhadap tanah air, sehingga menunjukkan rasa cinta dan keterikatan yang mendalam antara manusia dan tanah airnya.
Airmata sebagai Simbol Penderitaan: Air mata yang mengalir melalui mata air menjadi simbol penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh bangsa ini. Puisi ini menggambarkan bahwa air mata ini tak bisa disembunyikan atau dihindari, dan mereka merembes ke dalam segala aspek kehidupan.
Perjuangan yang Tidak Terlihat: Penyair menyoroti bagaimana perjuangan dan derita bangsa seringkali tersembunyi di balik keindahan dan kemegahan negara. Gedung-gedung megah dan etalase mewah hanya mampu menyembunyikan penderitaan yang nyata yang dialami oleh banyak orang.
Keberadaan yang Tak Terpisahkan: Puisi ini menggambarkan bahwa bangsa dan tanah air tak terpisahkan. Baik melalui langkah di atas tanah, pelayaran di laut, maupun penerbangan di udara, bangsa ini selalu terhubung dengan tanah airnya, yang senantiasa mengekspresikan penderitaannya melalui air mata.
Kepungan Airmata: Penyair menekankan bahwa tanah air dan air mata tak dapat dihindari. Kepungan air mata dan penderitaan telah mengelilingi bangsa ini, dan tak ada tempat yang bisa terhindar darinya.
Puisi "Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang merangkul perasaan penderitaan dan perjuangan tanah air. Melalui metafora air mata dan tanah air yang berbicara, penyair menyuarakan pentingnya mengenali dan memahami kesengsaraan yang dialami oleh bangsa, serta tidak menutup mata terhadap realitas tersebut. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya empati dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain dalam negeri.
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.