Puisi: Aku Tak Bisa Berfikir (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Aku Tak Bisa Berfikir" karya Fikar W. Eda menciptakan perasaan ketidakberdayaan dan kebingungan dalam menghadapi kompleksitas dunia modern, ...
Aku Tak Bisa Berfikir


Akal sehatku terjungkir
aku fakir
fakir
fakir.

Ketika engkau memulai pidato di televisi
aku menyaksikan wajah negeri yang sesat
engkau menjelma raksasa menakutkan
penuh darah penuh nanah engkau menyebut
"kemerdekaan" dan "kemakmuran"
sambil menyeru nama Tuhan
engkau menghunus pedang
menerabas demi kedamaian demi ketertiban
koran-koran menulisnya di halaman depan
sebagai pahlawan kebangkitan
dan nasihatmu adalah nasihat wangi waktu
diterjemahkan sebagai penjelmaan petunjuk agung yang gaib
menggumpal-gumpal menjadi awan
yang setiap saat menyiramkan bara api
memanggang siapa saja membakar apa saja
dan doa, doa telah menjadi rongsokan
menggumam dari mulut-mulut dungu
masjid-masjid kesepian
masjid-masjid sendirian
dan jiwa, jiwa adalah selongsong
dari peluru-peluru bodoh yang ditembakkan
lalu dengan perasaan menyesal yang dibuat-buat
engkau mengalaskan; itu hanya kesalahan!

Aku tak bisa berfikir
akal sehatku terjungkir.


Banda Aceh, 1996

Sumber: Rencong (2005)

Analisis Puisi:
Puisi "Aku Tak Bisa Berfikir" karya Fikar W. Eda adalah karya sastra yang mengekspresikan ketidakmampuan penulis untuk memahami atau merenungkan situasi yang terjadi di sekitarnya. Puisi ini menciptakan atmosfer ketidakberdayaan dan kebingungan.

Akal Sehat yang Terjungkir: Puisi ini dimulai dengan deklarasi bahwa "akal sehatku terjungkir." Ini menciptakan gambaran awal tentang kebingungan dan ketidakmampuan untuk memahami situasi saat ini. Ketidakmampuan untuk berpikir jelas merupakan tema utama dalam puisi ini.

Fakir dan Kemiskinan: Kata "fakir" muncul berkali-kali dalam puisi, menciptakan perasaan ketidakberdayaan dan kekurangan. Fakir adalah seseorang yang tidak memiliki sumber daya yang cukup, dan dalam konteks puisi ini, mungkin menggambarkan perasaan tidak berdaya dalam menghadapi situasi yang rumit.

Pidato dan Kepemimpinan: Puisi ini menggambarkan sebuah pidato di televisi yang disampaikan oleh seorang pemimpin atau tokoh penting. Pemimpin ini mengklaim bahwa tindakan dan kata-katanya adalah untuk "kemerdekaan" dan "kemakmuran," tetapi penulis merasa bahwa itu hanya mengaburkan kenyataan yang lebih gelap.

Kritik terhadap Pemimpin dan Kepemimpinan: Puisi ini mengekspresikan kritik terhadap pemimpin dan kebijakan mereka. Pemimpin digambarkan sebagai raksasa menakutkan yang mengklaim melakukan tindakan untuk kebaikan, tetapi sebenarnya menyebabkan kerusakan dan kebingungan. Kritik ini menciptakan rasa ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

Religiusitas dan Agama: Puisi ini juga mengkritik bagaimana agama dan doa-doa telah dikomodifikasi dan dikorupsi. Masjid-masjid kesepian dan doa-doa yang dibuat-buat menciptakan gambaran bahwa agama digunakan untuk tujuan politik dan kepentingan pribadi.

Ketidakmampuan Berpikir: Puisi ini diakhiri dengan pernyataan bahwa penulis "tak bisa berfikir" dan bahwa "akal sehatnya terjungkir." Ini adalah penyimpangan terhadap konsep pemikiran kritis dan pengamatan cerdas, yang menciptakan rasa frustrasi dan keputusasaan.

Puisi "Aku Tak Bisa Berfikir" menggambarkan ketidakmampuan penulis untuk memahami dan merenungkan situasi sosial dan politik di sekitarnya. Ini menciptakan perasaan ketidakberdayaan dan kebingungan dalam menghadapi kompleksitas dunia modern, terutama dalam konteks politik dan agama.


Fikar W. Eda
Puisi: Aku Tak Bisa Berfikir
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.