Puisi: Dahaga Laut (Karya D. Kemalawati)

Puisi "Dahaga Laut" tidak hanya menyajikan gambaran realitas pahit, tetapi juga merayakan ketabahan dan keberanian anak nelayan. Dengan ....
Dahaga Laut

Kami anak nelayan
Debur ombak adalah zikir kami
Pasir putih adalah sajadah kami
Air laut adalah perut kami
Dahaga kami
Lapar kami

Kenapa ombak tiba-tiba menjulang
Mengukir gunung dalam sekejap
Lalu pecah terdorong dahsyat
Menerjang gubuk-gubuk reot kami
Menggulung ibu yang sedang menjemur kain di halaman
Menggamit tubuh kecil kami yang sedang membantu ayah
Memungut ikan-ikan yang terdampar itu
Terbayang ayah tak perlu melaut esok hari
Tak perlu membiarkan kami terjaga di waktu subuh
Membaui aroma laut di tubuhnya
Ikan-ikan yang terdampar itu
akan kami tukarkan dengan jala baru
menggantikan jala usangnya yang berlubang

Hanya sekali itu
Hanya sekali itu saja ombak menjulang
menggulung tubuh kami dalam larva kelam
lihatlah leher ibu yang berdarah
atap rumah yang terseret arus melukainya
lalu lumpur hitam yang pekat menutup rapat tubuhnya
Masya Allah, bayi itu lepas dari pelukan ibunya
Terlempar ribuan meter
Tangisnya hilang bersama detak jantungnya
Ya Allah, terlalu cepat ia berlalu tanpa sempat menyentuh tangannya
Yang menggapai-gapai itu, pandangan yang redup hilang dalam sekejap
wahai, Di manakah dermagamu

Ombak itu terus berlari bagai bala tentara yang maha ganas
Mengejar kami yang berlarian tak tentu arah
Membungkam jerit anak-anak yang ketakutan
Zikir yang tertahan, azan yang terpenggal
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
Beribu-ribu kami yang tak berdaya terkapar
Karam bagai kapal kertas
Jiwa kami melayang
bagai kapas dihempas badai
Ya, hanya sekali itu
Dalam hitungan menit ombak itu kembali pulang
laut tenang
tinggallah nyeri yang berenang-renang di darat ini
di hati jutaan kami

Kami anak nelayan, hari-hari menghitung ombak
Melukis purnama dalam pasang yang purba
Mengintip penyu menitipkan telurnya
Membangun rumah-rumah pasir sambil
membayangkan ayah ibu menghabiskan senjanya di sana
kini kami menyepi di tenda-tenda
sunyi dari deburan ombak

Kami anak nelayan
debur ombak adalah zikir kami
pasir putih adalah sajadah kami
air laut adalah perut kami
lapar kami
dahaga kami

O lihatlah perahu-perahu itu menuju
jejak kampung kami yang senyap tanpa canda
pesisir yang wangi oleh cemara
desah nafas kami terkurung di sini
biarkan kami mendekat
memungut kayu-kayu yang berserakan
untuk tiang gubuk kami yang baru.

Banda Aceh, 18 Februari 2005

Analisis Puisi:
Puisi "Dahaga Laut" karya D. Kemalawati merupakan karya yang menggugah dan mengangkat realitas kehidupan para anak nelayan yang hidup di pesisir. Dengan kekuatan bahasa dan citra yang kuat, puisi ini membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh dengan perjuangan dan tragedi.

Tema Penderitaan dan Keberanian Anak Nelayan: Puisi ini secara kuat mengangkat tema penderitaan yang dialami oleh anak-anak nelayan. Meskipun hidup dalam kemiskinan dan ketidakpastian, mereka menunjukkan keberanian dan keuletan dalam menghadapi tantangan hidup.

Personifikasi Alam: Melalui personifikasi ombak, pasir putih, dan air laut, puisi memberikan karakter pada elemen alam yang menjadi bagian hidup anak-anak nelayan. Ombak yang menjulang dan air laut yang menjadi perut mereka menciptakan gambaran dramatis kehidupan mereka yang terkait erat dengan lautan.

Kontras Antara Keindahan Alam dan Tragedi Manusia: Puisi menampilkan kontras yang kuat antara keindahan alam (pasir putih, purnama, penyu) dan tragedi manusia (kecelakaan laut, kehilangan nyawa). Hal ini menciptakan rasa ironi dan menyampaikan pesan bahwa meskipun hidup di lingkungan alam yang indah, anak nelayan tetap dihadapkan pada risiko dan penderitaan.

Penggunaan Metafora dan Simbolisme: Penggunaan metafora dan simbolisme seperti "ombak menjulang," "pasir putih sebagai sajadah," dan "air laut sebagai perut" memberikan kedalaman makna pada puisi. Setiap elemen alam dijadikan simbol untuk melukiskan kehidupan dan perjuangan anak nelayan.

Kebebasan dan Keterbatasan: Puisi mengeksplorasi tema kebebasan dan keterbatasan. Meskipun dekat dengan laut dan keindahan alam, anak nelayan tetap terbatas oleh keadaan ekonomi yang sulit. Ombak yang "berlari bagai bala tentara yang maha ganas" menjadi gambaran kekuatan alam yang dapat mengancam kebebasan manusia.

Kesedihan dan Ketidakpastian: Sentuhan kesedihan dan ketidakpastian tercermin dalam puisi, terutama melalui gambaran ketakutan anak-anak, jeritan yang terhenti, dan kematian yang menghampiri. Ini menciptakan atmosfer yang sarat emosi dan membangkitkan simpati pembaca.

Refleksi Hidup Anak Nelayan: Puisi menciptakan refleksi mendalam terhadap kehidupan anak nelayan. Mereka yang mencari rezeki dari laut dengan segala keterbatasan dan bahaya yang mungkin terjadi di lautan.

Pemakaian Bahasa yang Kuat: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan imaji yang kaya untuk menyampaikan pesan puisi ini. Pemilihan kata yang tepat menciptakan daya tarik dan kekuatan ekspresi.

Puisi "Dahaga Laut" tidak hanya menyajikan gambaran realitas pahit, tetapi juga merayakan ketabahan dan keberanian anak nelayan. Dengan menggabungkan elemen-elemen sastra seperti metafora, simbolisme, dan personifikasi alam, D. Kemalawati berhasil mengangkat kisah hidup mereka ke dalam dunia puisi dengan penuh keindahan dan kedalaman makna.

D. Kemalawati
Puisi: Dahaga Laut
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.