Puisi: Jelata (Karya Mustiar AR)

Puisi "Jelata" menggambarkan realitas pahit yang dihadapi oleh seorang jelata di tengah kekayaan negeri yang tidak merata. Dengan menggunakan ...
Jelata


Aku hanya jelata hina
Aku bukan siapa-siapa
Aku tidak memiliki kuasa
Yang titahnya tak bisa dibantah

Aku hanya jelata kumal
memulung di negerinya nan kaya
Aku jelata yang melata
tak memiliki tahta
Karena semua telah kuwakilkan kepada mereka
di gedung yang mulia itu

Ahh.....
Negeriku Negeri hebat
Pemimpin yang sejahtera
Rakyat mati melarat.


Meulaboh, April 2018

Analisis Puisi:
Puisi "Jelata" karya Mustiar AR menggambarkan suara hati seorang jelata yang merasa terpinggirkan dan dilupakan di tengah kemegahan negeri yang dipimpin oleh pemimpin yang mewah.

Identitas Jelata: Puisi ini menggambarkan sosok jelata yang merasa rendah dan hina, seolah-olah menjadi sosok tak berarti di tengah masyarakat. Penggunaan kata-kata seperti "hina," "kumal," dan "melata" menciptakan citra diri yang terpinggirkan.

Kontras dengan Negeri yang Kaya: Puisi menggambarkan kontras yang tajam antara kehidupan jelata dengan kemegahan negeri yang kaya. Meskipun negeri dipimpin oleh pemimpin yang "sejahtera," rakyat jelata terlupakan dan hidup dalam penderitaan.

Tidak Memiliki Kuasa: Jelata dalam puisi merasa tidak memiliki kuasa, dan titahnya tak bisa dibantah. Ini mencerminkan ketidakberdayaan dan kehilangan kontrol atas nasibnya sendiri. Ketidaksetaraan kekuasaan menjadi tema sentral dalam puisi ini.

Pemulungan di Negeri yang Kaya: Ada gambaran jelata yang memulung di negeri yang seharusnya kaya. Ini menunjukkan ironi bahwa sumber daya dan kekayaan negeri tidak merata dan tidak menguntungkan seluruh masyarakat.

Penyimpangan antara Pemimpin dan Rakyat: Puisi mengeksplorasi penyimpangan antara pemimpin dan rakyat. Sementara pemimpin hidup sejahtera, rakyatnya malah mati melarat. Puisi ini menciptakan citra ketidakadilan sosial yang tajam.

Ekspresi Frustrasi dan Kritik: Ungkapan "Ahh..... Negeriku Negeri hebat" mengandung rasa frustrasi dan kekecewaan terhadap ketidaksetaraan yang dialami jelata. Ini dapat diartikan sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

Ironi dalam Sejahtera Pemimpin: Pemimpin yang dipuji sebagai "sejahtera" menjadi ironi ketika rakyat jelata hidup dalam kemelaratan. Puisi ini menggarisbawahi kesenjangan sosial yang ada di dalam negeri.

Panggilan untuk Kesadaran Sosial: Puisi ini, dengan mengungkapkan kontras antara pemimpin dan rakyat, mungkin juga berfungsi sebagai panggilan untuk kesadaran sosial. Penyair mungkin ingin mendorong pembaca untuk lebih peka terhadap ketidaksetaraan dan kesenjangan di masyarakat.

Puisi "Jelata" menggambarkan realitas pahit yang dihadapi oleh seorang jelata di tengah kekayaan negeri yang tidak merata. Dengan menggunakan bahasa yang lugas dan ekspresi yang kuat, Mustiar AR berhasil menyampaikan pesan kritisnya terkait ketidaksetaraan sosial.

Puisi
Puisi: Jelata
Karya: Mustiar AR
© Sepenuhnya. All rights reserved.