Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kepada Penyair Laut (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Kepada Penyair Laut" karya Mustafa Ismail menggambarkan kekuatan dan keindahan kata-kata, serta peran mereka dalam menciptakan gambaran dan ...
Kepada Penyair Laut

dalam gigil pagi itu, di sebuah mesjid, kami membayangkan:
beribu-ribu puisi telah menetes di kota itu, dari Isnu hingga Rosin,
dari dari Mustier hingga Aliza, hingga entah siapa

Kau datang dengan kesunyian masing-masing,
membikin laut sendiri, kolam renang sendiri, juga menanam pohon sendiri
dan menjadi aroma laut di udara

Dan di sebuah kedai kopi pagi itu, semua kesunyian menjadi beku
seperti lelehan pohon-pohon dari puncak bukit
yang menari untuk secangkir kopi, secangkir kopi, secangkir kopi
Oh iya, laut. Laut itu, pantai itu, tugu itu, suak ujung kalak itu, pasir
itu, seperti aliran darahmu yang terus mendidih dan menyiram
kota-kota dengan mantra-mantra, dengan syair-syair, dengan
suara-suara

Aku kira kau harus menjadi Teuku Umar yang menghunus pedang
ke udara, menaklukkan dusun, kampung hingga kota-kota
lalu meledakkannya menjadi karnaval kata-kata sebab dengan
begitulah bukit-bukit selalu hijau dan laut tetap berombak
mencatat gelisahmu, galauku, juga kesedihan mereka:
petani dan nelayan yang tak henti berlari dan merawat ingatan.

Analisis Puisi:

Puisi "Kepada Penyair Laut" karya Mustafa Ismail merupakan sebuah penghormatan kepada para penyair yang menciptakan karya-karya indah mereka seperti lautan yang luas dan mendalam. Puisi ini menggambarkan kekuatan dan keindahan kata-kata, serta peran mereka dalam menciptakan gambaran dan suasana yang mendalam dalam pikiran pembaca.

Penggambaran Keindahan dan Kekuatan Kata-Kata

Puisi ini dimulai dengan gambaran "dalam gigil pagi itu, di sebuah mesjid, kami membayangkan: beribu-ribu puisi telah menetes di kota itu", yang menunjukkan betapa luasnya pengaruh dan jangkauan puisi dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata seperti "menetes" menunjukkan bahwa puisi-puisi ini tidak hanya dihasilkan, tetapi juga mengalir dan mengisi atmosfer kota dengan kekuatan dan keindahan mereka.

Peran Penyair dalam Menciptakan Realitas Sendiri

Penyair-penyair tersebut "datang dengan kesunyian masing-masing", menciptakan dunia mereka sendiri yang penuh dengan laut, kolam renang, dan pohon-pohon. Ini menggambarkan peran penyair sebagai pencipta realitas alternatif yang menghadirkan keindahan alam dan aroma laut yang memenuhi udara. Mereka tidak hanya menciptakan, tetapi juga menyebarkan suasana dan emosi melalui kata-kata mereka.

Simbolisme Laut dan Kota-Kota

Laut digambarkan sebagai simbol yang kuat dalam puisi ini, yang terus mengalir dan mempengaruhi kota-kota dengan "mantra-mantra, syair-syair, suara-suara". Laut juga mewakili kekuatan inspirasi dan kreativitas yang tak terbatas, yang terus mengalir dan menghidupkan kembali kota-kota dengan kehidupan kata-kata.

Puisi "Kepada Penyair Laut" karya Mustafa Ismail adalah sebuah perenungan tentang kekuatan dan keindahan kata-kata dalam menciptakan gambaran dan realitas yang mendalam. Dengan menggunakan gambaran laut, kota-kota, dan kehidupan sehari-hari, puisi ini menghormati peran penyair dalam membangun dan menghidupkan kembali dunia dengan karya-karya mereka yang penuh makna. Ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan kata-kata dalam membentuk persepsi dan pengalaman manusia terhadap dunia di sekitar mereka.

Mustafa Ismail
Puisi: Kepada Penyair Laut
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.