Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi Mustafa Ismail

Puisi: Perahu (Karya Mustafa Ismail)

Perahu Seharusnya Nuh datang pagi itu, dengan perahu sangat besar, mengajakmu berlayar Seharusnya Nuh meng…

Puisi: Peunayong (Karya Mustafa Ismail)

Peunayong (Meue, Peunayong) Kudengar kau sempat berlari, menumpang Nuh, ketika kota menjadi laut Pers…

Puisi: Diam (Karya Mustafa Ismail)

Diam Di stasion tugu kita mengeja diam: kau tak mengenalku aku tidak cukup mengenalmu. Yogya, 28 Maret 2009 Analisis Puisi: Puisi "…

Puisi: Lebaran (Karya Mustafa Ismail)

Lebaran (1) (- elegi kampung halaman) Takbir itu mengingatkanku pada lilin-lilin aneka warna di sepanjang pag…

Puisi: Seorang Lelaki yang Menangis (Karya Mustafa Ismail)

Seorang Lelaki yang Menangis Lelakiku telah melipat jasnya, lalu menangis, sepanjang jalan ia melangkah jauh, merobek seluruh malam, tetapi …

Puisi: Memo Hari Ini (Karya Mustafa Ismail)

Memo Hari Ini Apa lagi bisa kita jual hari ini: sepasang sepatukah, yang selalu membalut kaki ke tempat kerja atau sepotong kemeja yang men…

Puisi: Memoria Malam (Karya Mustafa Ismail)

Memoria Malam Kau menulis langit, tahukah kau di mana langit itu, oase-oase kegelapan yang selalu membuat kita kangen dan terharu, hadir dala…

Puisi: Meulaboh (Karya Mustafa Ismail)

Meulaboh (Kepada Penyair Laut) Dalam gigil pagi itu, di sebuah masjid, kami membayangkan: beribu-ribu puisi t…

Puisi: Bengkulu yang Manis (Karya Mustafa Ismail)

Bengkulu yang Manis Bengkulu yang manis aku datang dari jauh dari balik bukit sebuah pulau nun di kaki Seulawah Aku datang dengan renco…

Puisi: Ironi Pagi (Karya Mustafa Ismail)

Ironi Pagi (1) Bisakah kau tak menyuguhkan apapun pagi ini, gosip di televisi sudah cukup mengenyangkan. Iro…

Puisi: Orkes Pagi Hari (Karya Mustafa Ismail)

Orkes Pagi Hari (– episode sebuah rumah) Menulis perjalanan itu, bagai kembali dari sebuah pengasingan aku me…
© Sepenuhnya. All rights reserved.