Puisi: Kesaksian (Karya Maskirbi)

Puisi "Kesaksian" karya Maskirbi mengekspresikan ketidakmampuan manusia dalam menghentikan kekejaman yang terjadi, sementara kesaksian mereka hanya ..
Kesaksian


Orang-orang bersumpah, menyaksikan bencana lalu menyimpan dendam di dada yang terluka. Di langit yang berdarah. Orang-orang menangis sambil menggali kuburan sendiri. Orang-orang terpaksa membungkam untuk menyelamatkan kebenaran. Tapi bencana semakin di rancang untuk orang-orang lemah dan malang.

Orang-orang semakin sukar memilih hak dan bathal segalanya telah di redam. Lalu sebagai sumber kecurigaan, orang-orang ketakutan menyebut nama sendiri, tak ada yang berani mencegah bencana demi bencana, tak ada lagi lelaki dan sebagai suami, semuanya dicurigai, semuanya dihabisi. Orang-orang Cuma bisa menyaksikan kebiadaban peradaban dan ketakberdayaan, sambil menantikan kematian yang sia-sia.

Malaikat menangis, menyaksikan maut yang dirampas, menyaksikan darah yang menetes dari langit. Orang-orang Cuma bisa berdoa, agar Tuhan menghentikan bencana yang disulut dari moncong senapan. Disini tak ada lagi tempat mengadu, kecuali kepada Yang Maha Tahu.

Lalu orang-orang menyimpan kesaksian dalam diam, lalu orang-orang menyimpan dendam dalam kesaksian, lalu orang-orang menyimpan dendam dalam diam, orang-orang menyimpan kesaksian.

Orang-orang menyimpan dendam, dalam diam dan kedukaan, dalam duka yang diam;
Masya Allah!
Diam membatu
Dendam membatu
Orang-orang bersumpah!


1990

Analisis Puisi:
Puisi "Kesaksian" karya Maskirbi adalah karya yang menghadirkan gambaran keadaan masyarakat yang dilanda konflik, kebingungan moral, dan keputusasaan. Puisi ini mengekspresikan ketidakmampuan manusia dalam menghentikan kekejaman yang terjadi, sementara kesaksian mereka hanya dapat disimpan dalam diam.

Konflik dan Keputusasaan dalam Kondisi Saksi

1. Menyaksikan Kekerasan dan Ketidakadilan: Penyair mengekspresikan bagaimana manusia menjadi saksi atas kekerasan, ketidakadilan, dan kejahatan yang terjadi di sekitar mereka. Mereka terpaksa menyimpan kesaksian mereka dalam diam karena ketidakmampuan untuk mengubah keadaan.

2. Ketakberdayaan dan Kebingungan Moral: Puisi ini juga mencerminkan ketidakmampuan manusia dalam memilih antara benar dan salah, ketika segalanya tampak telah diatur untuk meredam kebenaran. Hal ini menyebabkan kebingungan moral dan ketidakmampuan dalam menegakkan keadilan.

Keheningan dalam Kesaksian dan Dendam

1. Kesaksian dan Dendam yang Tersimpan: Penyair menyoroti bagaimana kesaksian yang tersimpan dalam diam kemudian diubah menjadi dendam yang juga tersimpan dalam kedukaan dan keheningan. Ini mencerminkan kekecewaan dan keputusasaan karena mereka tidak dapat bertindak atau mengubah keadaan.

2. Kesimpulan yang Menyayat Hati: Puisi ini berakhir dengan frasa "Masya Allah! ...." yang menunjukkan keheranan dan keputusasaan atas kondisi yang dihadapi. Penyair menekankan keheningan dan kekerasan yang membuat manusia terasa terbatu, baik dalam diam maupun dalam dendam yang tertahan.

Puisi "Kesaksian" karya Maskirbi adalah ungkapan dari ketidakmampuan manusia dalam menghentikan kejahatan dan kekerasan, serta dalam menegakkan kebenaran. Melalui gambaran konflik, keputusasaan, dan kebingungan moral, penyair menyampaikan bagaimana kesaksian dan dendam tersimpan dalam hening yang menyayat hati, menyoroti kekecewaan dan ketidakmampuan dalam mengubah keadaan yang melanda masyarakat.

Puisi
Puisi: Kesaksian
Karya: Maskirbi
© Sepenuhnya. All rights reserved.