Puisi: Kopi Tubruk (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Kopi Tubruk" menggambarkan momen yang terkait dengan minuman kopi yang mengandung banyak makna di tengah suasana yang sarat dengan elemen ...
Kopi Tubruk


Segelas kopi tubruk
Dalam basah hujan
Takengon di balik Singahmata
Ribuan cahaya bagai garis
Merentang sampai ujung danau

Musim dingin jadi beku
Dari warung berdinding kayu
Mereka seduh kisah
Tentang kerawang
Terong Belanda
Dan tusam
Yang dicuri

Sisa kopi tubruk makin pahit di lidah!


Takengon-Jakarta 2012

Catatan:
  1. Takengon: nama ibukota Kabupaten Aceh Tengah.
  2. Singahmata: nama gunung di gerbang Takengon.
  3. Kerawang: ornamen khas Gayo.
Analisis Puisi:
Puisi "Kopi Tubruk" karya Fikar W. Eda membawa pembaca ke dalam suasana yang puitis, menggambarkan momen yang terkait dengan minuman kopi yang mengandung banyak makna di tengah suasana yang sarat dengan elemen alam dan cerita budaya.

Kehangatan di Tengah Hujan: Puisi ini dibuka dengan gambaran segelas kopi tubruk yang diperoleh di tengah hujan. Kopi ini menjadi simbol kehangatan dan kenyamanan dalam kondisi cuaca yang basah. Secara metaforis, "Dalam basah hujan" menggambarkan kesegaran minuman kopi dalam keadaan yang tidak ideal, menonjolkan keberadaannya sebagai sumber kekuatan di tengah lingkungan yang lembab.

Setting dan Konteks: Dalam puisi ini, kopi tubruk tidak hanya menjadi minuman. Secara simbolis, minuman ini juga menjadi medium bagi cerita-cerita dari sebuah daerah, kemungkinan daerah Takengon di belakang Singahmata. Gambaran dari "ribuan cahaya bagai garis" yang merentang hingga ujung danau membawa nuansa indah dari daerah tersebut.

Cerita dan Kenangan: Puisi menyajikan bagaimana kisah-kisah diceritakan di sekitar warung kopi. Kisah-kisah tentang "kerawang, Terong Belanda, dan tusam yang dicuri" memberikan latar belakang budaya, tradisi, dan mungkin kejadian-kejadian sehari-hari yang diangkat dari daerah tersebut.

Rasa Pahit: Puisi berakhir dengan sentuhan yang mengungkap rasa pahit. Dalam konteks puisi, ini bisa jadi merupakan simbol rasa hidup yang tak selalu manis. Kesimpulan puisi menekankan bahwa bagaimanapun pahitnya hidup, ada kenangan dan cerita di baliknya yang patut dihargai.

Puisi ini menghadirkan gambaran puitis tentang minuman kopi, yang juga menjadi pembawa cerita dan kenangan di tengah hujan dan kesegaran alam. Ini menekankan makna mendalam di balik setiap cerita yang diungkapkan, bahkan di tengah kehidupan yang mungkin pahit. Puisi ini memadukan rasa, aroma, dan suasana untuk membawa pembaca ke pengalaman puitis yang kaya akan makna.

Fikar W. Eda
Puisi: Kopi Tubruk
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.