Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak tentang Orang Sesat (Karya Wiratmadinata)

Puisi "Sajak tentang Orang Sesat" karya Wiratmadinata menggambarkan bagaimana siklus kesalahan dan media dapat memperburuk situasi, serta ...
Sajak tentang Orang Sesat

Orang yang merasa tidak sesat.
Memburu orang yang dirasa sudah sesat.
Dengan cara yang sangat sesat.
Menjadi peristiwa sesat dan menyesatkan.

Media yang juga sesat
menuliskannya dengan cara yang sesat.
Mengakibatkan pembacanya juga ikut sesat.
Akhirnya saling sesat menyesatkan.

Orang yang merasa sesat.
Mencari orang yang dirasa tak sesat.
Mencari jalan agar tak sesat.
Saling membebaskan dari sesat menyesatkan.

Nabi mengajarkan,
cintai orang yang sesat,
karena kasih sayangmu,
akan membawanya kembali,
di jalan yang tak sesat.

Ya, Tuhanku
Semoga sajakku ini tidak dituduh sesat oleh orang yang merasa tidak sesat.

Dan seandainya pun kami tersesat, kasih sayang-Mu yang seluas langit dan bumi akan membimbing kami di jalan-Mu yang penuh kasih.
Ya, Rahman,
Ya, Gafar,
ya, Rabbil 'Alamiin.

18 Juli 2014

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak tentang Orang Sesat" karya Wiratmadinata mengangkat tema kompleks mengenai sesat dan bimbingan spiritual dalam masyarakat. Dengan bahasa yang tajam dan struktur yang kritis, puisi ini menyoroti fenomena sesat dan respons sosial terhadapnya, serta menyampaikan pesan mendalam tentang kasih sayang dan bimbingan ilahi.

Makna dan Simbolisme

  • Siklus Kesalahan: "Orang yang merasa tidak sesat / Memburu orang yang dirasa sudah sesat / Dengan cara yang sangat sesat" menggambarkan siklus kesalahan dan ketidakbenaran di mana mereka yang merasa benar justru melakukan tindakan yang salah untuk memperbaiki apa yang mereka anggap kesalahan. Ini menunjukkan paradoks di mana penilaian moral dan tindakan sering kali saling bertentangan dan menghasilkan hasil yang tidak diinginkan.
  • Peran Media: "Media yang juga sesat / menuliskannya dengan cara yang sesat" menunjukkan bagaimana media berperan dalam memperburuk situasi dengan menyebarkan informasi yang tidak akurat atau memprovokasi. Media di sini menjadi alat penyebaran kesalahan yang dapat mengarahkan masyarakat ke dalam kebingungan lebih lanjut.
  • Mencari Jalan Kebenaran: "Orang yang merasa sesat / Mencari orang yang dirasa tak sesat" menggambarkan upaya individu yang merasa tersesat untuk menemukan panduan dan kebenaran. Ini menunjukkan keinginan untuk menemukan jalan yang benar dan menjauh dari kebingungan yang dihadapi.
  • Pengajaran Nabi: "Nabi mengajarkan, / cintai orang yang sesat, / karena kasih sayangmu, / akan membawanya kembali, / di jalan yang tak sesat" menekankan pentingnya kasih sayang dan pengertian dalam membantu orang yang dianggap sesat. Pengajaran ini menunjukkan bahwa bimbingan spiritual yang penuh kasih lebih efektif dalam membawa seseorang kembali ke jalan yang benar daripada tindakan yang menghakimi atau memaksa.
  • Permohonan kepada Tuhan: "Ya, Tuhanku / Semoga sajakku ini tidak dituduh sesat oleh orang yang merasa tidak sesat" adalah permohonan untuk perlindungan dan pemahaman terhadap pesan yang disampaikan dalam puisi. Ini menunjukkan kesadaran penulis tentang kemungkinan kesalahpahaman dan penilaian dari pembaca.
  • Doa untuk Bimbingan Ilahi: "Dan seandainya pun kami tersesat, kasih sayang-Mu yang seluas langit dan bumi akan membimbing kami di jalan-Mu yang penuh kasih" adalah doa untuk bimbingan dan kasih sayang Tuhan, mengakui bahwa walaupun manusia mungkin tersesat, bimbingan ilahi akan selalu tersedia untuk membimbing kembali ke jalan yang benar.

Tema dan Refleksi

  • Kritik terhadap Penilaian Moral: Puisi ini mengkritik penilaian moral dan tindakan yang diambil oleh individu dan media dalam menghadapi kesalahan dan sesat. Wiratmadinata menunjukkan bagaimana usaha untuk memperbaiki atau menilai sering kali berakhir dengan hasil yang sama sekali berlawanan dari niat awal.
  • Kasih Sayang sebagai Solusi: Penekanan pada kasih sayang dan pengertian sebagai jalan untuk membantu mereka yang dianggap sesat mencerminkan pandangan bahwa pendekatan yang penuh kasih jauh lebih efektif daripada pendekatan yang menghakimi atau memaksa.
  • Keterbukaan terhadap Kesalahan: Puisi ini juga menunjukkan kesadaran penulis tentang kemungkinan penilaian negatif terhadap karya mereka sendiri. Ini mencerminkan sikap terbuka terhadap kritik dan kesalahan, serta mengakui bahwa pemahaman dan bimbingan ilahi adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan.
Puisi "Sajak tentang Orang Sesat" karya Wiratmadinata adalah sebuah karya yang kritis dan reflektif mengenai sesat, penilaian moral, dan bimbingan spiritual. Dengan menggunakan bahasa yang tajam dan pesan yang mendalam, puisi ini menggambarkan bagaimana siklus kesalahan dan media dapat memperburuk situasi, serta menekankan pentingnya kasih sayang dan pengertian dalam membantu mereka yang tersesat. Wiratmadinata mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana pendekatan penuh kasih dapat menjadi solusi untuk kebingungan dan kesalahan, sambil memohon perlindungan dan bimbingan ilahi.

Wiratmadinata
Puisi: Sajak tentang Orang Sesat
Karya: Wiratmadinata
© Sepenuhnya. All rights reserved.