Puisi: Kemerdekaan, Kesaksian Seorang Penyair (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Kemerdekaan, Kesaksian Seorang Penyair" karya Sulaiman Juned menggambarkan pandangan kritis penyair terhadap kondisi sosial dan politik.
Kemerdekaan:
Kesaksian Seorang Penyair


Kemerdekaan adalah
ketika kita bebas berbicara
tentang hak yang berhak
ketika kita bebas dari pasungan
tidak sembunyi dari ketiak ibu
dan lari dalam ketiak bapak.

Kita sekarang mengeja kemerdekaan
dengan gedung mewah menyundul langit
bersama perempuan-perempuan di panti pijat
perekonomian melarat, kemiskinan sekarat
kita sekarang membaca kemerdekaan
dengan luka. Darah dan laras senapan-menyerahkan
ini punya nyawa-memberikan ini punya harta
(kita belum mampu mengartikan malam).

Ibu, aku menyaksikan air mata darah tertumpah
pada dada memerah. Aku menyaksikan para badut
menggenggam niat busuk-melakonkan pesta canda mengobral
gelisah. Segala perencanaan tersangkut di kantong jas sapari
kolam susu negeriku terkuras habis-membuat istana pribadi
sambil menghitung kekayaan hasil korupsi-naik haji hasil
kolusi-memperbanyak isteri hasil manipulasi;
ibu, berpuluh-puluh tahun kupahat namamu
pada air mengalir
pada batu membeku
pada hati membisu
dan ombak senantiasa menghapusnya.

Ibu, subuh berkabut tersangkut di pucuk rambut
ada luka teramat menyiksa tak teraba. Bunga-bunga
bangsa berkunang airmatanya-terpaksa diyatimkan. Kekuasaan bermata
gelap-memaknai keadilan dan akal sehat; mengapa ledakan peluru
menghukumnya-kuburan sebagai penjara seumur hidup
inilah kesaksian seorang penyair kecil. Kesaksian peradaban menuntun perubahan
(Indonesia! Dari sudut manakah wajahmu kupandang tak jemu)


Aceh, 1989

Analisis Puisi:
Puisi "Kemerdekaan, Kesaksian Seorang Penyair" karya Sulaiman Juned adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pandangan kritis penyair terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia, khususnya terkait dengan gagasan kemerdekaan.

Konsep Kemerdekaan: Puisi ini menggambarkan kemerdekaan sebagai hak untuk bebas berbicara tentang hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Namun, penyair menunjukkan bahwa kemerdekaan yang seharusnya adalah hak asasi manusia seringkali disalahgunakan oleh mereka yang berkuasa.

Ketidakadilan dan Korupsi: Penyair dengan tajam mengkritik ketidakadilan, korupsi, dan kebobrokan dalam pemerintahan. Ia menyinggung tentang para pemimpin yang mengejar kekayaan pribadi sambil melupakan kesejahteraan rakyat. Pemerintahan yang korup dan manipulatif dianggap sebagai penghambat kemerdekaan yang sejati.

Kesaksian Penyair: Puisi ini menggambarkan penyair sebagai saksi atas segala kebobrokan dan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya. Penyair merasa bahwa menjadi seorang penyair adalah sebuah tanggung jawab untuk mengungkapkan kebenaran dan kesaksian tentang kondisi sosial.

Perubahan dan Harapan: Meskipun puisi ini mengkritik berbagai ketidaksempurnaan dalam masyarakat, terdapat juga harapan akan perubahan. Penyair memandang bahwa kesaksian dan kritik adalah langkah awal menuju perubahan yang lebih baik. Dalam puisi ini terdapat harapan akan adanya perubahan menuju keadilan dan kemerdekaan sejati.

Cinta Terhadap Tanah Air: Puisi ini mencerminkan cinta penyair terhadap tanah airnya, Indonesia, sambil mengecam perilaku korup dan ketidakadilan yang merusaknya.

Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam untuk menyampaikan pesannya. Ia menggunakan bahasa yang konkret seperti "luka teramat menyiksa" dan "luka teramat menyiksa" untuk mengekspresikan kepedihan dan ketidakadilan yang dialami oleh rakyat.

Secara keseluruhan, puisi "Kemerdekaan, Kesaksian Seorang Penyair" adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan pandangan kritis tentang kemerdekaan dan kondisi sosial di Indonesia. Penyair dengan tegas menyuarakan keprihatinan terhadap ketidakadilan dan korupsi sambil mengekspresikan harapannya akan perubahan yang lebih baik.

Puisi Kemerdekaan: Kesaksian Seorang Penyair
Puisi: Kemerdekaan, Kesaksian Seorang Penyair
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.