Puisi: Mak, 360 Hari Kepergianmu (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Mak, 360 Hari Kepergianmu" menggambarkan kompleksitas perasaan yang terkait dengan kepergian ibu, serta perjuangan untuk mengatasi ...
Mak, 360 Hari Kepergianmu

Mak
sampai juga waktu menjemput
di penghujung ramadhan - subuh
yang bening melepas kau pulang
walau getir terasa menusuk-nusuk
antar kepergianmu dengan zikir dan doa.

Mak
sampai juga waktu menjemput
Tuhan sudah tentukan - siapapun menunggu
giliran. Yang paling nyeri - kurindu
ketika pakaian kebesaran lengket di badan
berkat ikat pinggang pemberianmu. Diam-diam
engkau menghadap-Nya
aku belum sempat memberikan ini jiwa - menghargai
sakitnya air susu yang kau berikan - yang lebih teriris
pedih - aku tak bersama menjalankan tradisi mengenangmu
(kutumpahkan senyum walau gerimis tempias ke pipi).

Solo, 2006

Analisis Puisi:
Puisi "Mak, 360 Hari Kepergianmu" karya Sulaiman Juned adalah sebuah ungkapan yang penuh dengan kerinduan, kehilangan, dan penghormatan terhadap seorang ibu yang telah tiada. Melalui penggunaan bahasa yang puitis dan gambaran yang kuat, penyair menyampaikan kompleksitas perasaan yang terkait dengan kepergian sang ibu.

Momok Kehilangan: Puisi ini dibuka dengan pengantar yang menggambarkan momen kepergian ibu di penghujung bulan Ramadan. Subuh yang tenang menjadi saksi perpisahan yang pahit namun juga penuh dengan doa dan zikir. Hal ini mencerminkan kesedihan yang dalam dan getirnya kehilangan sosok ibu yang dicintai.

Kehadiran Spirit Ramadhan: Penyair menyampaikan bahwa kepergian ibu terjadi di bulan Ramadan, bulan suci yang penuh dengan spiritualitas dan ibadah. Meskipun dengan getir, kepergian ibu di saat seperti itu dihubungkan dengan kebesaran Tuhan dan ketetapan-Nya.

Kenangan Akan Kepergian: Penyair merindukan ibunya dengan keras. Ia merindukan momen ketika ibunya masih hidup dan memberikan kebesaran pakaian serta ikat pinggang yang diberikan kepadanya. Gambaran ini menunjukkan kerinduan yang mendalam akan kehadiran fisik ibunya.

Kehilangan Tradisi Mengenang: Penyair merasa sedih karena ia tidak bisa bersama-sama dengan ibunya untuk menjalankan tradisi mengenangnya. Meskipun begitu, ia berusaha menunjukkan kekuatan di depan orang lain dengan menyembunyikan kesedihannya di balik senyumnya, bahkan ketika air mata jatuh seperti gerimis di pipinya.

Puisi "Mak, 360 Hari Kepergianmu" adalah sebuah ungkapan yang mendalam tentang kerinduan, kehilangan, dan penghargaan terhadap seorang ibu yang telah tiada. Melalui kata-kata yang sederhana namun penuh dengan makna, Sulaiman Juned berhasil menggambarkan kompleksitas perasaan yang terkait dengan kepergian ibu, serta perjuangan untuk mengatasi kehilangan tersebut. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kebesaran sosok seorang ibu dalam kehidupan seseorang, serta pentingnya menghargai setiap momen bersama orang yang dicintai sebelum kepergian mereka.

Puisi
Puisi: Mak, 360 Hari Kepergianmu
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.