Puisi: Penari Piring (Karya Iyut Fitra)

Puisi "Penari Piring" karya Iyut Fitra menggambarkan keindahan dan kekuatan budaya tradisional Minangkabau, khususnya dalam tarian piring yang ....
Penari Piring

Aku telah datang sebelum jemari disembahkan. Mulai talempong
serta tambur yang diguguh di hampar kaca-kaca ruruh
kusambut senyum jambu muda sewarna baju kurung itu. menarilah!
Sebelum malam jadi. Dan puput batang padi yang kita sebut serunai
bertingkah berubah lengang. Menarilah!
Di panggung waktu yang terburu. Cawan gelisah yang tersimpan di rumah
hentakan segala sampai derai. O, menarilah!

Malam lalu
waktu begitu laju

Cicin gemeretak di antara kaki yang menghentak
lingkaran usia. Langit luas kehidupan
dari panggung ke panggung kampung halaman diusung
elok-elok manjek kemauniang, jang sampai dahannyo patah
elok-elok menari piriang, jang sampai piriangnyo pacah
dan di puncak ketika kaca-kaca berhamburan. Saat dua piring pecah
ada luka yang tak bisa ia ceritakan.

Payakumbuh, Juni 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Penari Piring" karya Iyut Fitra menggambarkan keindahan dan kekuatan budaya tradisional Minangkabau, khususnya dalam tarian piring yang memuat makna dan kehidupan yang mendalam. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan gambaran yang hidup, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keberanian, keindahan, dan kerentanan manusia.

Budaya dan Tradisi Minangkabau: Puisi ini mencerminkan kekayaan budaya Minangkabau, terutama dalam konteks tarian piring. Tarian ini bukan hanya sekadar gerakan fisik, tetapi juga simbol dari keselarasan antara manusia dengan alam, keberanian, dan semangat kehidupan.

Simbolisme Tarian Piring: Tarian piring dalam puisi ini tidak hanya menjadi tontonan visual, tetapi juga mengandung makna mendalam. Piring yang dipegang dan diiringi dengan gerakan tarian menggambarkan kehidupan yang penuh dengan tantangan dan risiko. Patahan piring yang terjadi di puncak tarian menandakan kerentanan dan ketidaksempurnaan manusia.

Penghargaan terhadap Warisan Budaya: Penyair dengan penuh penghargaan merenungkan keindahan dan kekuatan tradisi warisan budaya mereka. Mereka menyadari pentingnya mempertahankan dan mewarisi nilai-nilai budaya untuk generasi selanjutnya.

Keberanian dan Kekuatan Manusia: Meskipun dihadapkan pada risiko dan kerentanan, penari piring tetap menunjukkan keberanian dan kekuatan dalam melanjutkan gerakan tariannya. Hal ini menggambarkan semangat manusia untuk terus melangkah meskipun dihadapkan pada cobaan dan tantangan.

Kerentanan Manusia: Patahan piring pada akhir tarian mencerminkan kerentanan manusia dan kehidupan yang tidak sempurna. Meskipun demikian, luka yang terjadi juga menyiratkan keindahan dan keunikan dalam setiap perjalanan hidup.

Melalui puisi ini, Iyut Fitra mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keberanian, keindahan, dan kerentanan manusia. Tarian piring tidak hanya menjadi simbol warisan budaya, tetapi juga menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan perjuangan, keindahan, dan makna yang mendalam.

Iyut Fitra
Puisi: Penari Piring
Karya: Iyut Fitra

Biodata Iyut Fitra:
  • Iyut Fitra (nama asli Zulfitra) lahir pada tanggal 16 Februari 1968 di Nagari Koto Nan Ompek, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.