Analisis Puisi:
Puisi "Perpisahan di Terminal Seutuei" karya Sulaiman Juned menggambarkan momen perpisahan yang penuh emosi di sebuah terminal. Dengan bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini mengajak pembaca merasakan kedalaman perasaan yang muncul saat berpisah dengan seseorang yang dekat. Puisi ini dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing dengan nuansa dan makna tersendiri.
Bagian I: Debu Berterbangan
- Debu Berterbangan: Debu yang berterbangan dapat melambangkan kekacauan dan ketidakpastian yang sering menyertai momen perpisahan. Debu juga bisa menggambarkan sesuatu yang fana dan sementara, seperti momen perpisahan itu sendiri.
- Berita Duka: Penggunaan frasa ini menekankan bahwa perpisahan selalu membawa kesedihan dan rasa kehilangan. Meskipun mungkin tidak selalu literal, perpisahan sering kali dirasakan sebagai bentuk kecil dari duka.
Bagian II: Klakson Mobil dan Setetes Air Mata
- Terhenyak: Kata ini menunjukkan reaksi tiba-tiba dan emosional terhadap situasi yang terjadi. Ini menekankan kejutan dan kesedihan yang mendalam.
- Klakson Mobil Mengoyak Hati: Suara klakson mobil yang tajam dan tiba-tiba mengganggu ketenangan dan memicu rasa sakit emosional, memperkuat suasana kegelisahan dan kesedihan.
- Tak Sempat Berjabat Tangan, Tak Sempat Ucapkan Selamat Jalan: Ketiadaan momen perpisahan yang layak menunjukkan betapa mendadak dan tak terduga situasi ini terjadi. Ini menambah intensitas perasaan kehilangan.
- Setetes Air Bening Mengalir di Sela Mata: Air mata yang mengalir menunjukkan kesedihan yang mendalam. Air mata ini mewakili perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, memperkuat kesan emosional dari puisi.
Bagian III: Dalam Sepi
- Dalam Sepi: Kesepian setelah perpisahan memberikan ruang untuk refleksi dan ingatan. Sepi di sini berfungsi sebagai latar untuk mengingat kembali kenangan masa lalu.
- Seribu Kunang-Kunang Tergiang Kembali: Kunang-kunang sering dikaitkan dengan kenangan dan nostalgia. "Seribu kunang-kunang" menunjukkan banyaknya kenangan yang kembali muncul dalam pikiran.
- Seutas Tikar-Setali Jangkar: Frasa ini menggambarkan kesederhanaan dan kebersamaan masa lalu. "Tikar" dan "jangkar" melambangkan tempat dan momen di mana mereka bersama, mengarungi masa remaja.
- Mengarungi Masa Remaja: Menunjukkan perjalanan hidup yang telah mereka lalui bersama, penuh dengan pengalaman dan kenangan indah.
- Kudengar Kau Bahagia, Aku Suka: Ini menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan melihat orang yang dicintai bahagia, meskipun mereka tidak lagi bersama.
- Perjalanan Masih Panjang, Teruskan-Teruskan Kasih: Ada harapan dan dorongan untuk melanjutkan hidup dan menyebarkan cinta, meskipun mereka berpisah.
Puisi "Perpisahan di Terminal Seutuei" karya Sulaiman Juned adalah sebuah karya yang mengungkapkan kedalaman emosi yang timbul dari perpisahan. Melalui penggunaan metafora yang kuat dan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini berhasil menyampaikan perasaan kehilangan, kenangan, dan harapan. Setiap bagian puisi menggambarkan tahapan emosi yang dialami saat perpisahan, mulai dari keterkejutan dan kesedihan mendalam hingga refleksi dan penerimaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti perpisahan dan pentingnya menghargai setiap momen bersama orang-orang tercinta.
Karya: Sulaiman Juned