Puisi: Sendiri (Karya Iyut Fitra)

Puisi "Sendiri" menggambarkan kerumitan emosional seseorang setelah kepergian kekasih, menjelaskan tentang rasa rindu, kesedihan, dan keputusan ...
Sendiri
(: Situ Gintung)


Kekasih, telah berapa kurun kalender terlelap di rumahmu
siang malam berpiuhan. Kota dan jelaga tampak sama
burung-burung itu. Dan zikir atau liukan bergelimang gigil
dalam tarian. Sembah sujud pura-puramu
ada rimbun mimpi lesat. Ada tawa lengking berarak sesat
seolah-olah sorga telah kau usung menuju ranjang. Malam
para pengantin. “Jangan jamah dengan desah, jangan sentuh
simbah peluh. Di sini persetubuhan akan berlangsung lama!”
Lalu kulipat dekap pernah kaupesan. Bahwa sesungguhnya
telah kautinggalkan aku dalam sendiri ini.

Kekasih, kaudengar gemuruh subuh
kukirimkan pusar angin gusar dari rindu-rindu jemuku
juga setimba air buat percintaan kita yang gersang. Kelak
bila kaurasa sendiri ini, bukankah airmata tak perlu lagi
dan burung-burung. Dan jelaga-jelaga membungkus kota
aku telah memesan waktu. Tempat para pengantin akan
menangis. “Aku terluka! Aku terluka!” Rintih yang pedih
tapi tak akan pernah kaulihat aku berangkat. Sebagaimana
tarian dan sembah sujud pura-puramu. Aku pun berlalu
membawa mimpimu yang terlambat.

Kekasih, kau akan sendiri, akan sendiri!


Payakumbuh, April 2009
Analisis Puisi:
Puisi "Sendiri" karya Iyut Fitra adalah refleksi yang dalam dan puitis tentang rasa kehilangan, kesendirian, dan perpisahan dalam konteks hubungan asmara. Puisi ini mengeksplorasi perasaan kesendirian yang datang setelah kepergian seorang kekasih.

Kesendirian dalam Rindu: Puisi ini mencerminkan kesedihan dan kesendirian yang mendalam yang dirasakan oleh subjek puisi setelah kepergian kekasihnya. Puisi ini menunjukkan bahwa meskipun saat kekasih berada di sana, rindu dan kesepian masih terasa dalam diri subjek puisi.

Kesedihan akan Kepergian: Ada penggambaran tentang perpisahan dan kepergian kekasih yang menyentuh. Subjek puisi merenungkan momen-momen saat mereka bersama dan betapa sulitnya menerima kenyataan bahwa mereka ditinggalkan, terutama ketika diingat akan momen-momen intim bersama kekasihnya.

Keputusan Terakhir: Puisi ini juga mencerminkan keputusan subjek untuk pergi meninggalkan kekasih, terlepas dari rindu yang masih terasa dalam diri. Meskipun merasa sendiri dan kesepian, subjek puisi memutuskan untuk pergi, membawa kenangan dan impian yang terlambat.

Kesendirian yang Diterima: Subjek puisi menerima kenyataan bahwa kekasih akan tetap sendiri tanpa kehadiran mereka. Puisi ini mengekspresikan kontras antara perasaan rindu dan kesepian subjek dengan kesendirian yang akan dialami kekasih mereka, yang akan tetap sendiri tanpa subjek.

Puisi "Sendiri" adalah ungkapan perasaan yang mendalam tentang kesendirian, kehilangan, dan perpisahan dalam sebuah hubungan. Puisi ini menggambarkan kerumitan emosional seseorang setelah kepergian kekasih, menjelaskan tentang rasa rindu, kesedihan, dan keputusan untuk pergi meskipun kesendirian masih dirasakan.

Iyut Fitra
Puisi: Sendiri
Karya: Iyut Fitra

Biodata Iyut Fitra:
  • Iyut Fitra (nama asli Zulfitra) lahir pada tanggal 16 Februari 1968 di Nagari Koto Nan Ompek, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.