Puisi: Aku Berikan (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Aku Berikan" karya Abdul Hadi WM mengundang pembaca untuk merenungkan dinamika hubungan antar manusia serta kompleksitas perasaan yang ...
Aku Berikan

Aku berikan seutas rambut padamu untuk kenangan
tapi kau ingin merampas seluruh rambutku dari kepala
Ini musim panas atau bahkan tengah musim panas
langkahmu datang dan pergi antara ketokan jam yang berat

Mengapa jejak selalu nyaring menjelang sampai
daun-daun kering risik di pohon ingin berdentuman
ke air selokan yang deras
langkahmu datang dan pergi antara ketokan jam yang berat

Aku berikan sepotong jariku padamu untuk kaubakar
tapi kau ingin merampas seluruh tanganku dari lengan
Ini musim atau akhir musim panas aku tak tahu
Burung-burung kejang di udara terik seakan penatku padamu

Maka kujadikan hari esokku rumah
Tapi tak sampai rasanya hari iniku untuk berjumpa

1974

Analisis Puisi:
Puisi "Aku Berikan" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya yang penuh dengan gambaran-gambaran metaforis dan ungkapan perasaan yang mendalam. Melalui penggunaan bahasa yang kaya akan metafora, puisi ini menggambarkan perasaan kehilangan, penolakan, dan keputusasaan dalam hubungan manusia.

Konflik dalam Hubungan Manusia: Puisi ini menggambarkan konflik antara dua individu dalam hubungan manusia. Penggunaan metafora seperti "seutas rambut" dan "sepotong jariku" untuk menyimbolkan pemberian yang kemudian dihadapi dengan keinginan untuk merampas sesuatu yang lebih besar menunjukkan konflik kepentingan dan perasaan dalam hubungan tersebut.

Ketidakseimbangan dalam Pemberian dan Pengambilan: Puisi ini menyoroti ketidakseimbangan dalam hubungan di mana satu pihak memberikan sesuatu dengan tulus, namun pihak lainnya justru ingin mengambil lebih banyak atau bahkan merampas hal-hal yang telah diberikan. Hal ini mencerminkan ketidakadilan dan ketidakseimbangan kekuasaan yang sering terjadi dalam hubungan antar manusia.

Perasaan Kekosongan dan Kesepian: Melalui gambaran tentang musim panas yang panas dan berat serta keadaan yang terasa seperti "seakan penatku padamu", puisi ini menciptakan suasana yang gelap dan melankolis. Perasaan kekosongan dan kesepian terkadang lebih terasa saat kehilangan dan penolakan dalam hubungan yang seharusnya memberi kehangatan dan dukungan.

Harapan yang Terhapus: Bait terakhir puisi menggambarkan perasaan putus asa dan kehilangan harapan akan masa depan yang lebih baik dalam hubungan tersebut. Meskipun ingin menjadikan "hari esokku rumah", namun dengan menyadari bahwa "Tapi tak sampai rasanya hari iniku untuk berjumpa", menunjukkan bahwa harapan tersebut mungkin telah sirna dan tidak tercapai.

Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan metafora dan gambaran yang kuat, Abdul Hadi WM berhasil menggambarkan konflik, ketidakseimbangan, kesepian, dan keputusasaan dalam hubungan manusia melalui puisi "Aku Berikan". Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan dinamika hubungan antar manusia serta kompleksitas perasaan yang terkait dengan pemberian, pengambilan, dan penolakan dalam hubungan interpersonal.

Puisi: Aku Berikan
Puisi: Aku Berikan
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.